Jangan Bergantung pada Sekolah Unggulan: Membangun Kultur Sains dan Teknologi di Semua Sekolah

2 mins read

JAKARTA, — Pemerintah Indonesia sedang merancang 40 Sekolah Menengah Atas (SMA) unggulan Garuda di berbagai wilayah dengan tujuan melahirkan talenta unggul dalam bidang sains dan teknologi. Namun, penting untuk diingat bahwa pengembangan talenta ini sebaiknya tidak hanya bergantung pada sekolah-sekolah unggulan tersebut. Sebaliknya, pemerintah diharapkan dapat mendorong pengembangan kultur sains dan teknologi di seluruh sekolah di Indonesia sebagai langkah kebangkitan baru.

Sekolah unggulan Garuda dirancang dengan kurikulum yang berbeda dari SMA reguler. Para siswa dipilih melalui seleksi nasional yang ketat dan memiliki kemampuan di atas rata-rata. Sekolah ini juga berfungsi sebagai pra-universitas, mempersiapkan siswa untuk melanjutkan pendidikan tinggi di universitas ternama, baik di dalam maupun luar negeri.

Widyorini Endang, guru besar psikologi dari Universitas Katolik Soegijapranata, menekankan pentingnya pengembangan sosial-emosional siswa selain kemampuan akademik. “Pendidikan tidak boleh hanya fokus pada kemampuan akademik. Anak-anak juga harus didukung dalam tumbuh kembang sosial-emosional mereka,” ujarnya. Hal ini penting karena kesuksesan di dunia kerja tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akademik, tetapi juga oleh kualitas karakter dan sosial-emosional yang baik.

Widyorini menambahkan bahwa tujuan utama dari sekolah ini seharusnya tidak hanya untuk memasukkan siswa ke perguruan tinggi berkelas dunia. Pendidikan harus memastikan bahwa siswa dengan kemampuan di atas rata-rata dapat berkembang secara optimal sesuai dengan bakat mereka, sehingga mereka dapat mencapai prestasi terbaik di tingkat dunia dan berkontribusi maksimal dalam bidang sains dan teknologi.

Berita Lainnya  Profesi Paling Dicari 2024: Teknologi HR Ungkap Rahasianya!

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Satryo Soemantri Brodjonegoro, menyatakan bahwa sekolah unggulan Garuda merupakan bagian dari program 100 hari Kemendiktisaintek. Rancangan instruksi dan peraturan presiden terkait sekolah ini sedang dalam proses penyusunan. Sekolah-sekolah ini akan dibangun di berbagai daerah, termasuk Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Bangka Belitung, dan Ibu Kota Nusantara, dengan target 40 sekolah dalam lima tahun ke depan.

Satryo menegaskan bahwa SMA Garuda akan memilih siswa terbaik dari berbagai wilayah di Indonesia dengan mekanisme seleksi yang inklusif. “Pemilihan siswa tidak eksklusif, tetapi inklusif, mewakili semua wilayah dan kelompok ekonomi di Indonesia,” katanya.

Widyorini mengingatkan pentingnya transparansi dalam rekrutmen siswa. “Tim yang merekrut siswa harus jujur dan benar, tanpa ada ‘titipan’ atau kongkalingkong,” ujarnya. Kondisi setiap anak harus dipahami dengan baik, termasuk kemampuan, kepribadian, dan bakat lainnya, agar pendidik dapat mengembangkan potensi dan kreativitas setiap siswa.

Menurut Widyorini, potensi dan bakat anak-anak Indonesia yang beragam juga dapat dikembangkan melalui sekolah reguler. Interaksi antara siswa berkemampuan di atas rata-rata dengan siswa reguler diperlukan untuk mendukung perkembangan kepribadian mereka dalam dunia yang inklusif.

Novi Poespita Candra, Co-founder Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM), menekankan pentingnya narasi kuat dalam mendirikan sekolah unggulan Garuda. Tanpa narasi yang jelas, sekolah ini hanya akan menciptakan suasana kompetisi yang tidak sehat. “Mengapa tidak membangun kultur saintek di semua sekolah Indonesia sebagai kebangkitan baru?” ujarnya.

Berita Lainnya  Nvidia Kuasai Bisnis AI, Intel Cuma Bisa Gigit Jari!

Novi juga mengingatkan bahwa sekolah unggulan dapat menambah kesenjangan sosial dan ekonomi. “Jangan sampai sekolah ini hanya diakses oleh keluarga menengah ke atas yang memiliki akses dan cara untuk meningkatkan kapasitas belajar,” katanya. Ia menambahkan bahwa sekolah unggulan seharusnya tidak hanya fokus pada sains dan teknologi, tetapi juga pada seni dan olahraga untuk menciptakan keunggulan yang beragam.

Dalam menciptakan sumber daya manusia unggul, pendidikan dengan pendekatan holistik menjadi keharusan. Anak-anak harus belajar berinteraksi dengan manusia, berpikir filosofis, dan bertindak dengan etika dan moral. “Pendidikan holistik yang menciptakan manusia utuh tidak boleh ditawar,” ujar Novi.

Novi juga menyoroti tantangan dalam mengelola talenta unggul di Indonesia. Banyak pemenang olimpiade sains dan teknologi tingkat dunia tidak dapat dikelola dengan baik oleh ekosistem di Indonesia, sehingga mereka berpotensi diambil oleh negara lain.

Darmaningtyas, aktivis pendidikan Tamansiswa, mengingatkan bahwa pemerintah pernah mendesain sekolah unggulan melalui program RSBI yang mendapat banyak kritik. Pemerintah dan daerah terlalu fokus pada RSBI, mengabaikan sekolah reguler. “Pemerintah harus mendorong sekolah-sekolah favorit yang tumbuh secara natural,” katanya.

Menurut Darmaningtyas, anak-anak cerdas harus difasilitasi di sekolah-sekolah berkualitas. Jika mereka bercampur dengan anak-anak yang tidak memiliki ekosistem belajar yang baik, semangat belajar mereka bisa hilang. Sekolah berkualitas mampu mendukung anak-anak berkembang sesuai potensi dan bakatnya untuk menjadi warga negara yang siap berkontribusi terbaik bagi negerinya.

Berita Terbaru

Mengenai Kami

Haluan.co adalah bagian dari Haluan Media Group yang memiliki visi untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia melalui sajian berita yang aktual dan dapat dipercaya

Alamat
Jalan Kebon Kacang XXIX Nomor 02,
Tanah Abang, Jakarta Pusat
—–
Lantai IV Basko Grandmall,
Jl. Prof. Hamka Kota Padang –
Sumatera Barat

 0813-4308-8869
 [email protected]

Copyright 2023. All rights reserved.
Haluan Media Group