Jakarta – Dalam situasi tertentu, orangtua atau pengasuh sering kali menggunakan metode menakut-nakuti untuk membuat anak patuh. Misalnya, ketika anak tidak mau tidur, orangtua menakut-nakutinya dengan cerita hantu agar mereka merasa takut dan segera tidur. Atau, jika anak ingin masuk ke suatu tempat yang tidak diinginkan, orangtua menakut-nakutinya dengan serangga sehingga anak menurut dan tidak masuk ke tempat tersebut.
Menakut-nakuti anak sering dianggap efektif untuk membuat mereka patuh. Namun, apakah metode ini benar-benar baik untuk perkembangan anak? Ternyata, sering menakut-nakuti anak agar patuh dapat menyebabkan mereka mengalami rasa takut yang nyata, bahkan berlebihan dan tidak rasional.
Menakut-nakuti anak dapat membuat mereka menjadi pribadi yang penakut. Misalnya, anak yang sering ditakut-takuti dengan cerita hantu mungkin akan menjadi sangat takut dengan hantu, sehingga mereka tidak mau ditinggalkan sendirian, tidak mau masuk ke ruangan sendiri, dan merasa ketakutan ketika gelap.
Psikolog Anak dan Keluarga, Samanta Elsener, mengungkapkan bahwa anak yang sering ditakut-takuti ketika kecil cenderung tumbuh menjadi dewasa yang tidak berani. Mereka mungkin akan kesulitan mencoba hal baru dan cenderung berada dalam zona nyaman, sehingga sulit untuk berkembang. Kemampuan pengambilan keputusan mereka di masa depan juga ikut terpengaruh karena mereka khawatir pada setiap konsekuensi pilihan yang akan diambil.
Daripada menakut-nakuti, lebih baik orangtua memberikan pemahaman agar anak mau menurut. Orangtua juga bisa mengajak anaknya berdiskusi untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Dengan cara ini, anak akan belajar memahami alasan di balik aturan dan keputusan, serta mengembangkan rasa tanggung jawab dan kemandirian.