HALUAN.CO – Pada 8 Agustus, dunia merayakan Hari Kucing Sedunia. Namun di balik momen ini, masih banyak orang melakukan hal yang tampaknya baik, tapi sebenarnya membahayakan: melepaskan kucing peliharaan ke alam liar.
Menurut drh Tetty Barunawati Siagian dari IPB University, keputusan ini justru bisa membawa dampak serius, baik bagi kucing, masyarakat, maupun lingkungan. Banyak orang yang tak sanggup lagi memelihara kucing memilih untuk melepaskannya ke luar dengan asumsi bahwa kucing bisa bertahan hidup sendiri.
Namun, dalam ulasan di laman IPB, drh Tetty—dosen Sekolah Vokasi IPB University—menyebut bahwa keputusan tersebut bisa memicu krisis populasi dan memperburuk kondisi hidup hewan.
“Overpopulasi kucing berpotensi menimbulkan krisis kesejahteraan hewan karena keterbatasan makanan, tempat tinggal, dan perhatian. Akibatnya, kucing menjadi kelaparan, kurus, dan sakit,” jelasnya.
Kucing yang hidup tanpa pengawasan juga rentan terkena penyakit, kelaparan, serta mengalami berbagai bentuk kekerasan dari masyarakat karena dianggap mengganggu.
“Hal ini berpotensi mengganggu kenyamanan masyarakat dan memicu tindakan kekerasan terhadap hewan,” ungkap drh Tetty.
Risiko lain dari kucing liar adalah penularan penyakit ke manusia (zoonosis) serta pencemaran lingkungan akibat kebiasaan buang air sembarangan.
“Kucing liar bisa menjadi sumber pencemaran dan menularkan penyakit ke manusia,” katanya.
Tak hanya bagi kesehatan masyarakat, pelepasan kucing ke alam juga berdampak negatif pada ekosistem. Karena nalurinya sebagai pemburu, kucing bisa mengganggu keseimbangan lingkungan dengan memangsa hewan-hewan kecil yang seharusnya dilindungi.
Masalah ini juga berdampak secara ekonomi. Lembaga penyelamatan hewan dan para relawan sering kali kewalahan dan kekurangan dana untuk menangani lonjakan kucing liar.
“Shelter hewan dan relawan kewalahan menangani rescue dan sterilisasi kucing,” ucap drh Tetty.
Ia pun mengingatkan bahwa tindakan melepas kucing bukanlah tindakan penuh kasih sayang, melainkan bentuk kelalaian.
“Jika pemilik tidak bertanggung jawab, mereka bukan membebaskan hewan peliharaannya, tetapi menciptakan masalah baru yang tak berkesudahan,” tegasnya.
Sebagai gantinya, drh Tetty menyarankan agar pemilik mencarikan rumah baru yang layak untuk kucing, atau jika tetap berada di lingkungan terbuka, dilakukan dengan tanggung jawab—seperti sterilisasi, pemberian makan, dan perawatan rutin.
Hari Kucing Sedunia seharusnya mengingatkan kita semua untuk menjadi penjaga yang bertanggung jawab, bukan pencipta masalah baru bagi makhluk hidup yang kita sayangi.