Jakarta – Fenomena joki tugas kini menjadi perbincangan hangat di media sosial. Para penyedia jasa ini tidak main-main dalam menjalankan ‘bisnis’ mereka, bahkan ada yang sudah berbentuk Perseroan Terbatas (PT).
Peminat jasa joki tugas ternyata cukup banyak. Salah satu akun penyedia jasa joki memiliki lebih dari 280 ribu pengikut. Jasa ini juga telah dipromosikan oleh sejumlah selebgram, menambah popularitasnya di kalangan pengguna media sosial.
Sejak viral pada Selasa (23/7), akun Instagram, LinkedIn, hingga website penyedia jasa joki sudah tidak bisa diakses. Namun, ini bukan berarti joki tugas sudah tidak ada. Akun joki tugas masih aktif di media sosial, seperti TikTok.
Salah satu akun joki tugas di TikTok yang ditemukan tim redaksi memiliki 30 ribu pengikut. Mereka menawarkan jasa joki untuk tugas SMP, SMA, hingga kuliah, baik strata 1 maupun 2. Mereka mengklaim harga jasa yang disediakan terbilang murah.
Setiap orang yang ingin mengakses jasa mereka diarahkan ke aplikasi WhatsApp. Calon pengguna jasa harus mengisi format yang telah disediakan terlebih dahulu, seperti jenis tugas, jumlah halaman, hingga batas waktu pengumpulan. Setelah itu, jasa joki akan memberikan tugas yang telah selesai sesuai permintaan pengguna jasa. Harganya beragam, misalnya jasa joki skripsi.
Akun penyedia joki tugas lainnya dengan 17 ribu pengikut di TikTok menyediakan jasa untuk menyusun laporan praktik kerja lapangan (PKL). Mereka membanderol harga Rp700 ribu untuk pengerjaan bab 1-3, Rp1,5 juta untuk bab 4, dan Rp2 juta untuk bab 4 hingga 5. Adapun untuk pengerjaan tesis, mereka menawarkan harga Rp4 juta. Jika hanya mencari data, harganya Rp1 juta.
Mereka juga mengiming-imingi keuntungan jika menggunakan jasa joki mereka, di antaranya gratis revisi dan konsultasi, garansi diterima oleh pembimbing, serta privasi aman 100 persen. Selain itu, mereka juga menjamin tugas dikerjakan oleh tim yang lulusan S2.
Pengamat Pendidikan Edi Subkhan menilai fenomena joki tugas ini adalah permasalahan besar pendidikan Indonesia sejak dulu. Namun kini diperparah dengan kehadiran teknologi. Edi melihat joki tugas semakin mudah diakses karena layanan joki tugas semakin berani menawarkan jasanya di media sosial.
Tak hanya itu, joki tugas juga sudah diberikan cuma-cuma oleh teknologi Artificial Intelligence (AI). Edi menyebut banyak AI yang bisa membuat tugas mahasiswa dan tidak terlacak di pemindaian cek plagiasi seperti Turnitin, apalagi jika dibantu joki manusia.
Menurut Edi, ada beberapa alasan mengapa joki tugas ‘laku’ di Indonesia. Salah satunya adalah keinginan serba instan. Edi khawatir ini akan menjadi ‘budaya baru’ jika dosen atau institusi tidak serius menindaknya. Apalagi, dosen tidak mengecek dengan cermat tugas dari mahasiswanya, apakah buatan sendiri atau joki.
Edi juga khawatir fenomena ini akan membuat Indonesia semakin mundur. Jika tidak ada tindakan tegas dari dosen atau institusi, budaya joki tugas ini akan terus berkembang dan merusak integritas pendidikan di Indonesia.