Jakarta – Dalam pertarungan sengit Pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2024, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno berhasil mengungguli Ridwan Kamil dan Suswono (RIDO) berdasarkan hasil hitung cepat dari beberapa lembaga survei. Dukungan dari Presiden RI dan ketua umum koalisi partai politik pendukung Prabowo Subianto serta Presiden ke-7 Joko Widodo tampaknya tidak memberikan dampak signifikan.
Menurut hasil hitung cepat yang dilakukan oleh empat lembaga survei, yaitu Indikator Politik Indonesia, Charta Politika, Lembaga Survei Indonesia, dan Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Pramono Anung dan Rano Karno memperoleh suara antara 49 hingga 51 persen. Sementara itu, pasangan RIDO hanya mendapatkan 39 persen suara, dengan margin of error sekitar 1 persen.
Ketua Tim Pemenangan pasangan calon nomor urut 3, Lies Hartono atau yang lebih dikenal sebagai Cak Lontong, mengklaim bahwa Pramono-Rano akan menang dalam satu putaran. Klaim ini didasarkan pada hasil hitung cepat yang menunjukkan bahwa pasangan tersebut unggul di atas 50 persen.
Di sisi lain, Ridwan Kamil (RK) mengaku terkejut dengan perolehan suara pasangan Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana yang mencapai 10 persen. RK berharap dapat memanfaatkan ceruk suara Dharma-Kun untuk lolos ke putaran kedua.
Hasil hitung cepat ini bukanlah hasil resmi. Komisi Pemilihan Umum (KPU) akan melakukan rekapitulasi suara secara berjenjang mulai Kamis (28/11) hingga Senin (16/12) mendatang. Namun, sejumlah pengamat politik telah memberikan analisis mereka terhadap hasil sementara ini.
Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, menyatakan bahwa meskipun Prabowo dan Jokowi memiliki basis pengaruh di Jakarta, faktor tersebut tidak berdiri sendiri. Menurutnya, ketokohan pasangan calon menjadi faktor penentu dalam kekalahan RIDO dari Pramono-Rano. Dedi menilai bahwa RIDO mengalami stagnansi pemilih karena gagal menawarkan hal baru dalam rencana kerja mereka, yang berimbas pada minimnya simpati publik.
Dedi juga menambahkan bahwa dukungan dari mantan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan, dan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok, memberikan pengaruh positif terhadap perolehan suara Pramono-Rano. Hal ini berbeda dengan sejumlah provinsi lain seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur, di mana dukungan Jokowi dan Prabowo lebih berpengaruh.
Dosen Ilmu Politik dan International Studies Universitas Paramadina, A. Khoirul Umam, menyatakan bahwa literasi politik warga Jakarta yang lebih baik dibandingkan wilayah lain menjadi alasan mengapa pasangan yang didukung Jokowi dan Prabowo kalah di Jakarta. Ia menilai bahwa kemenangan sementara Pramono-Rano menunjukkan ketidaksolidan mesin politik Koalisi Indonesia Maju (KIM) Plus, yang dianggapnya seperti kawin paksa dengan aspirasi kepentingan partai-partai pengusung yang kurang terakomodasi.
Akibatnya, meskipun diawali dengan optimisme tinggi, mesin politik RIDO melemah menjelang pencoblosan. Selain itu, sejumlah blunder yang dilakukan oleh RIDO selama masa kampanye turut berdampak pada perolehan suara Pramono-Rano.