Jakarta – Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin (6/1) dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Ottawa. Trudeau, yang telah memimpin sejak 2015, menyatakan bahwa parlemen Kanada akan ditangguhkan hingga 24 Maret 2025 untuk memberikan waktu bagi pemilihan perdana menteri baru.
Keputusan Trudeau untuk mundur datang di tengah menurunnya popularitasnya dalam beberapa tahun terakhir. Pemerintahannya menghadapi kritik tajam dan serangkaian mosi tidak percaya di parlemen, sementara perpecahan internal di Partai Liberal semakin mencuat. Desakan untuk mundur datang dari berbagai pihak di dalam partainya sendiri, dengan beberapa sumber anonim mengonfirmasi bahwa pengunduran diri Trudeau dipastikan terjadi sebelum kaukus nasional Partai Liberal pada Rabu (8/1/2025).
Belum jelas apakah Trudeau akan tetap menjabat sementara waktu hingga partainya menemukan pemimpin baru. Sebelumnya, Trudeau berjanji untuk memimpin Partai Liberal hingga pemilu yang dijadwalkan pada Oktober 2025. Namun, tekanan eksternal, termasuk ancaman tarif sebesar 25 persen dari Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, turut menjadi tantangan besar yang mempengaruhi keputusannya.
Di sisi lain, Wakil Perdana Menteri Kanada, Chrystia Freeland, telah lebih dulu mengundurkan diri pada Desember lalu setelah berselisih pendapat dengan Trudeau terkait langkah menghadapi kebijakan Trump. Perombakan kabinet besar-besaran juga dilakukan Trudeau akhir tahun lalu, mengganti sepertiga anggotanya untuk mengatasi kekacauan politik yang terjadi.
Sejak meraih kekuasaan pada 2015, Trudeau memimpin Partai Liberal memenangi dua pemilu pada 2019 dan 2021. Ia juga mencatat sejumlah capaian penting, termasuk reformasi Senat, perjanjian perdagangan baru dengan Amerika Serikat, dan penerapan pajak karbon. Namun, dalam jajak pendapat terbaru, Trudeau tertinggal 20 poin dari rivalnya, Pierre Poilievre, pemimpin Partai Konservatif.