Jakarta – Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, pada Senin (26/08) mengumumkan kenaikan tarif sebesar 100% pada impor kendaraan listrik buatan Cina. Langkah ini mengikuti jejak Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa (UE) yang sebelumnya telah memberlakukan bea masuk serupa.
Keputusan ini diambil sebagai tanggapan atas apa yang disebut Kanada sebagai upaya perusahaan-perusahaan Cina untuk menciptakan kelebihan pasokan global. Trudeau menambahkan bahwa Ottawa juga akan menerapkan tarif sebesar 25% untuk baja dan aluminium impor dari Beijing. Pungutan ini dilakukan setelah melewati konsultasi publik selama 30 hari mengenai kendaraan listrik Cina dan produk-produk terkait.
Kanada berusaha menempatkan dirinya sebagai bagian penting dalam rantai pasokan mobil listrik global dengan menandatangani kesepakatan senilai miliaran dolar dengan produsen mobil Eropa. Langkah ini diambil di tengah tekanan domestik yang menginginkan tindakan tegas terhadap dominasi pasar Cina, khususnya di sektor otomotif.
Dalam menghadapi ketegangan perdagangan yang meningkat, Kanada telah memberlakukan tarif bea impor sebesar 100% untuk kendaraan asal Cina. Kebijakan ini menimbulkan “ketidakpuasan mendalam” dari kedutaan besar Cina di Beijing. Kenaikan tarif Kanada ini sejalan dengan langkah serupa yang dilakukan Amerika Serikat dan Uni Eropa, di mana AS memberlakukan tarif 100% dan UE sebesar 38% terhadap mobil listrik Cina.
Perdana Menteri Kanada, Justin Trudeau, menyatakan dalam konferensi pers di Halifax bahwa langkah ini diperlukan untuk menanggapi kelebihan produksi kendaraan listrik Cina dan subsidi negara yang signifikan untuk sektor otomotif mereka. Trudeau menekankan bahwa tindakan ini penting untuk melindungi industri otomotif domestik Kanada dari persaingan yang dianggap tidak adil dan untuk memastikan keberlanjutan sektor manufaktur mobil listrik di negara tersebut.
Sementara itu, Beijing mengancam akan melakukan pembalasan atas tarif impor tinggi yang diberlakukan oleh Brussels, yang dapat berdampak pada negara-negara anggota Uni Eropa seperti Jerman. Ketegangan ini menunjukkan meningkatnya persaingan dalam industri otomotif global, terutama di sektor kendaraan listrik. Jerman yang merupakan pasar utama bagi Cina, memilih untuk abstain dalam pemungutan suara pada Juli lalu, saat negara-negara anggota Uni Eropa menetapkan pengenaan tarif sementara pada kendaraan buatan Cina.