Maputo – Mozambik kini terperosok dalam pusaran kekerasan yang mengerikan usai pemilu yang sarat kontroversi. Dalam kurun waktu 24 jam terakhir, setidaknya 21 jiwa melayang, termasuk dua aparat kepolisian. Insiden ini menyebar di berbagai penjuru negeri, menyusul kemenangan partai penguasa yang memicu ketegangan.
Pada Senin (23/12), mahkamah tertinggi Mozambik, negara Afrika berbahasa Portugis, mengesahkan kemenangan partai Frelimo dalam pemilihan presiden yang digelar pada 9 Oktober. Partai ini telah berkuasa sejak 1975. Namun, kemenangan ini tidak diterima dengan lapang dada oleh semua pihak, memicu kerusuhan yang berkepanjangan.
Menteri Dalam Negeri, Pascoal Ronda, dalam konferensi pers pada Selasa (24/12) malam, mengungkapkan bahwa terdapat “236 insiden kekerasan serius” yang dilaporkan di seluruh Mozambik. Insiden ini mengakibatkan sedikitnya 25 orang terluka, termasuk 13 polisi. Lebih dari 70 orang telah ditangkap terkait kekerasan ini.
Ronda menjelaskan bahwa kelompok pria bersenjata, yang menggunakan senjata tajam dan senjata api, telah menyerang kantor polisi, lembaga pemasyarakatan, dan infrastruktur lainnya. Situasi ini menambah ketegangan di ibu kota, Maputo.
Di Maputo, bentrokan antara pengunjuk rasa dan polisi terjadi. Wartawan AFP melaporkan bahwa polisi dengan kendaraan lapis baja berpatroli di pusat kota, di mana ratusan pengunjuk rasa melakukan kerusuhan. Pada Senin (23/12) malam, penghalang jalan darurat dibakar di jalan raya utama, menutupi kota dengan asap tebal. Insiden ini terjadi sesaat setelah pengadilan mengonfirmasi kemenangan kandidat presiden Frelimo, Daniel Chapo.
Venancio Mondlane, penantang utama Chapo, mengklaim bahwa pemilu tersebut telah dicurangi. Tuduhan ini semakin memanaskan situasi, dengan banyak pihak yang merasa tidak puas dengan hasil pemilu.
Selain bentrokan, sejumlah toko, bank, supermarket, pompa bensin, dan gedung-gedung publik menjadi sasaran penjarahan. Beberapa fasilitas dibakar, meninggalkan puing-puing yang membara. Kerusakan ini menambah beban bagi pemerintah dan masyarakat Mozambik yang tengah berjuang mengatasi situasi yang semakin tidak terkendali.
