Washington DC – Menjelang pelantikan Presiden terpilih Donald Trump pada 20 Januari 2025, suasana ketidakpastian dan kekhawatiran melanda banyak kampus di Amerika Serikat. Sejumlah universitas telah mengeluarkan imbauan kepada mahasiswa internasional mereka untuk segera kembali ke AS sebelum Trump resmi menjabat.
Menurut laporan CNN pada Jumat (27/12/2024), beberapa kampus menyarankan mahasiswa internasional untuk kembali lebih awal dari liburan musim dingin. Hal ini dilakukan sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan diberlakukannya larangan perjalanan baru, seperti yang pernah terjadi pada awal masa jabatan Trump sebelumnya, yang menyebabkan banyak mahasiswa terlantar di luar negeri.
Selama tahun akademik 2023-24, lebih dari 1,1 juta mahasiswa internasional menempuh pendidikan di berbagai perguruan tinggi dan universitas di AS. Trump telah berjanji untuk menerapkan kebijakan imigrasi yang lebih ketat saat kembali menjabat. Salah satu kebijakan yang diusulkan adalah perluasan larangan perjalanan bagi warga negara dari negara-negara mayoritas Muslim dan pencabutan visa pelajar bagi individu yang dianggap ‘radikal anti-Amerika dan antisemit’.
Pramath Pratap Misra, seorang mahasiswa asal India yang baru saja lulus dari Universitas New York, mengungkapkan kekhawatirannya. “Ini adalah waktu yang menakutkan bagi mahasiswa internasional,” ujarnya. NYU sendiri memiliki lebih dari 27.000 mahasiswa internasional, menjadikannya universitas dengan populasi mahasiswa internasional terbesar di AS.
Mahasiswa di berbagai negara bagian, dari New York hingga California, tidak hanya fokus menyelesaikan ujian akhir sebelum liburan musim dingin, tetapi juga bersiap menghadapi kemungkinan gangguan dalam studi mereka. Beberapa universitas telah mendesak mahasiswa untuk menunda atau mempersingkat rencana perjalanan ke luar AS sebelum pelantikan Trump.
Kantor Pembelajaran Global di Cornell University menyarankan mahasiswa yang bepergian ke luar negeri untuk kembali ke AS sebelum semester musim semi dimulai pada 21 Januari. Mereka juga diminta untuk ‘berkomunikasi dengan penasihat tentang rencana perjalanan dan bersiap menghadapi penundaan’. Sementara itu, University of Southern California, yang memiliki lebih dari 17.000 mahasiswa internasional, juga mengeluarkan imbauan serupa melalui email.
Janji Trump mengenai ‘deportasi massal’ juga menimbulkan kekhawatiran di sektor-sektor penting seperti pertanian, rekreasi, perhotelan, konstruksi, dan perawatan kesehatan. Kebijakan ini berpotensi mempersulit situasi bagi mahasiswa internasional, terlepas dari rencana perjalanan liburan mereka.
Trump juga berjanji untuk ‘secara otomatis’ memberikan kartu hijau kepada warga negara asing yang lulus dari perguruan tinggi AS. Namun, usulan ini akan dibatasi pada ‘lulusan paling terampil’ dan disaring untuk mengecualikan individu yang dianggap sebagai ancaman. Hingga kini, belum ada kejelasan mengenai bagaimana pemerintahan Trump akan menangani usulan tersebut.
Pusat Hukum dan Kebijakan Imigrasi UCLA mengingatkan mahasiswa bahwa universitas tidak akan merilis status imigrasi atau informasi terkait tanpa perintah pengadilan.