Jakarta – Kerusuhan yang semakin meluas di berbagai wilayah Bangladesh menciptakan situasi yang semakin tidak kondusif. Kerusuhan ini bermula dari aksi protes mahasiswa yang menolak kebijakan pemerintah terkait alokasi Aparatur Sipil Negara (ASN) di Bangladesh.
Kristian Yudhianto, seorang mahasiswa BRAC University asal Indonesia, mengungkapkan bahwa aksi protes ini dimulai oleh mahasiswa Dhaka University sejak seminggu yang lalu. Aksi tersebut kini telah menyebar ke berbagai kampus dan bahkan terjadi di distrik lain.
Kristian menjelaskan bahwa pemerintah telah menutup sementara universitas dan sekolah, sehingga siswa harus belajar secara daring dari rumah. Selain itu, bus tidak beroperasi dan pemerintah mulai membatasi jaringan internet.
Kristian mengaku khawatir dengan situasi di Bangladesh. Pihak kampus telah melarang mahasiswa asing untuk beraktivitas di luar kampus karena situasi keamanan yang tidak kondusif.
Sebelumnya, pemerintah setempat menetapkan kuota lowongan kerja ASN yang diperuntukkan bagi golongan berkebutuhan khusus, perempuan, dan keluarga pejuang kemerdekaan saat melawan Pakistan.
Mahasiswa yang menolak kebijakan tersebut meminta agar sistem perekrutan ASN dilakukan melalui tes. Dua kubu mahasiswa yang pro dan kontra kemudian bentrok, mengakibatkan ratusan mahasiswa mengalami luka. Bentrokan ini kemudian meluas dengan melibatkan pihak kepolisian.
Perdana Menteri Sheikh Hasina akhirnya mengabulkan tuntutan mahasiswa dengan menunda kebijakan tersebut. Meskipun situasi sempat kondusif, ketegangan kembali terjadi setelah Hasina menuding mahasiswa yang memprotes kebijakan pemerintah sebagai pro Pakistan.