Jakarta – Mahasiswa Indonesia di Bangladesh, Kristian Yudhianto, melaporkan bahwa situasi kerusuhan di Bangladesh semakin memburuk. Pada Kamis malam pekan lalu, Kristian sempat diwawancarai oleh Pro 3 RRI, namun tak lama setelah itu, jaringan internet di negara tersebut diputus oleh Pemerintah Bangladesh.
Menurut Kristian, kondisi di Bangladesh sudah tidak terkendali. Demonstrasi yang awalnya hanya dilakukan oleh mahasiswa kini diduga ditunggangi oleh partai oposisi. Eskalasi politik terjadi dengan sangat cepat, sehingga Pemerintah Bangladesh mengambil langkah drastis dengan menurunkan tentara ke jalanan untuk mengendalikan situasi.
Kristian juga menambahkan bahwa mahasiswa internasional, termasuk mahasiswa Indonesia, tidak diperbolehkan keluar dari asrama. Seluruh mahasiswa dikunci dari dalam dan tidak diizinkan keluar dari pagar asrama. Meski demikian, pihak kampus tetap menyediakan makanan bagi para mahasiswa yang terjebak di dalam asrama.
Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Dhaka terus memantau dan mengecek kondisi mahasiswa Indonesia setiap hari. KBRI juga mengimbau agar para mahasiswa tetap berada di dalam asrama demi keselamatan mereka.
Kerusuhan di Bangladesh dipicu oleh tuntutan mahasiswa yang menginginkan perombakan sistem kuota perekrutan pegawai negeri. Sistem yang ada saat ini hanya menyediakan 30 persen pekerjaan di pemerintahan untuk keturunan veteran yang berperang dalam perang kemerdekaan Bangladesh pada tahun 1971. Para kritikus berpendapat bahwa sistem ini menguntungkan sekutu partai Liga Awami yang berkuasa, yang memelopori gerakan pembebasan melawan Pakistan.
Lebih dari 100 orang tewas dalam protes mengenai peraturan perekrutan pegawai negeri yang kontroversial tersebut. Pemadaman internet secara nasional sejak Kamis lalu telah membatasi aliran informasi di negara itu. Kerusuhan ini merupakan tantangan paling serius yang dialami Perdana Menteri Bangladesh, Sheikh Hasina, dalam beberapa tahun terakhir.
Di tengah kerusuhan yang melanda Bangladesh, kelompok hacker yang menamakan dirinya “THE R3SISTANTC3” telah meretas situs resmi Kantor Perdana Menteri, Bank Sentral, dan polisi. Dalam serangan sibernya, kelompok tersebut meninggalkan pesan yang sama di ketiga situs tersebut.