Pyongyang – Pemimpin tertinggi Korea Utara, Kim Jong Un, dengan tegas menginstruksikan pasukan militernya bahwa Korea Selatan kini dianggap sebagai “negara asing” dan “musuh bebuyutan”. Pernyataan ini menandai perubahan dramatis dalam hubungan antara kedua negara yang sebelumnya diartikan sebagai “hubungan istimewa” dengan tujuan akhir penyatuan kembali. Namun, Kim Jong Un menegaskan bahwa gagasan penyatuan kembali dengan Seoul kini telah ditinggalkan.
Sejak lama, kedua Korea, meskipun secara teknis masih dalam keadaan perang, mendefinisikan hubungan mereka sebagai “hubungan istimewa” dan bukan hubungan antar negara. Penyatuan kembali selalu menjadi tujuan akhir dari hubungan ini. Namun, perubahan besar terjadi ketika pada Januari lalu, Kim Jong Un menetapkan Korea Selatan sebagai “musuh utama”. Pada Jumat (18/10/2024), Kim Jong Un menggambarkan hubungan dengan Seoul sebagai “hubungan jahat” yang berakhir dengan diledakkannya infrastruktur penghubung kedua negara.
Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara telah meningkatkan keamanan di perbatasan dengan memasang ranjau. Puncaknya, pekan ini, Korea Utara meledakkan ruas jalan dan jalur kereta api yang menghubungkan wilayahnya dengan Korea Selatan. Tindakan ini semakin mempertegas sikap permusuhan yang diambil oleh Pyongyang terhadap Seoul.
Tidak hanya tindakan fisik, Korea Utara juga melakukan perubahan dalam konstitusinya. Kim Jong Un mengungkapkan bahwa konstitusi negara tersebut telah diamandemen untuk mendefinisikan Korea Selatan sebagai negara “musuh”. Pernyataan ini disampaikan Kim Jong Un saat berbicara di hadapan tentara-tentara Korea Utara, menegaskan sikap permusuhan yang kini diambil oleh Pyongyang.