
HALUAN.CO – Anak-anak Palestina yang ditahan di Penjara Megiddo, Israel, berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan.
Menurut laporan Komisi Urusan Tahanan yang dirilis pada Selasa (27/5/2025), mereka menjadi korban kekerasan fisik, mengalami kelaparan, serta tidak mendapatkan layanan medis yang layak.
Salah satu kasus yang mendapat perhatian luas adalah Jihad Maher Hajjaj, remaja berusia 15 tahun asal timur Ramallah.
Ia menderita nyeri hebat di bagian dada, yang diduga disebabkan oleh patah tulang rusuk akibat pemukulan oleh sipir penjara sekitar satu bulan lalu.
Jihad Maher Hajjaj, yang ditangkap sejak Februari 2024, menyampaikan kepada pengacara komisi bahwa pukulan yang diterimanya sangat keras hingga ia merasa seperti tulangnya bergeser.
“Saya belum menerima pengobatan, dan tidak mengetahui apakah tulang saya sudah pulih atau belum,” ujarnya.
Kejadian ini menjadi cerminan nyata pelanggaran serius terhadap hak-hak anak dan prinsip-prinsip dasar hak asasi manusia di lingkungan penahanan tersebut.
Selain itu, para tahanan di Penjara Megiddo juga mengalami penurunan berat badan yang ekstrem akibat minimnya pasokan makanan.
Aws Mohammed Taher Dheib, pemuda 19 tahun dari wilayah timur Ramallah, dilaporkan kehilangan lebih dari 30 kilogram berat badan sejak penahanannya pada 30 September 2024.
Ia juga mengalami penyakit kulit kudis, namun tidak mendapatkan perawatan yang semestinya.
Sementara itu, Ali Dhiab dari wilayah utara Yerusalem yang diduduki menyampaikan bahwa ketersediaan makanan sangat terbatas.
Hal ini memaksa para tahanan untuk sering kali melewatkan waktu makan dan menggabungkan jatah makanan agar cukup untuk dikonsumsi.
Pada 20 Mei lalu, Gerakan Fatah menyerukan pembentukan tim pencari fakta internasional guna menyelidiki berbagai pelanggaran dan dugaan percobaan pembunuhan terhadap tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Beragam organisasi, termasuk Komisi Urusan Tahanan, Yayasan Al- Addameer untuk Dukungan Tahanan, dan Masyarakat Tahanan Palestina, menyampaikan permintaan kepada Direktur Jenderal WHO, Tedros Ghebreyesus, agar mendorong dilakukannya intervensi internasional dalam menangani masalah kesehatan yang semakin parah di antara para tahanan..
Sejak pecahnya konflik di Gaza pada Oktober 2023, setidaknya 69 tahanan Palestina yang telah teridentifikasi dilaporkan meninggal dunia.
Sementara itu, puluhan jenazah lainnya dari Gaza belum berhasil diidentifikasi. Menurut laporan Anadolu, kematian-kematian ini merupakan dampak dari pelanggaran sistematis yang telah terpantau selama beberapa bulan terakhir.
Data dari Kementerian Kesehatan Palestina mencatat bahwa sejak Oktober 2023, sedikitnya 970 warga Palestina tewas dan lebih dari 7.000 lainnya luka-luka akibat serangan yang dilakukan oleh tentara Israel serta pemukim ilegal di wilayah Tepi Barat yang diduduki.
Pada Juli 2024, Mahkamah Internasional (ICJ) menyatakan bahwa pendudukan Israel di wilayah Palestina melanggar hukum internasional dan menyerukan evakuasi seluruh permukiman di Tepi Barat serta Yerusalem Timur.
Serangan besar-besaran yang dilakukan Israel di Gaza telah menewaskan 54.056 warga Palestina hingga kini, termasuk 3.901 orang dalam 10 minggu terakhir.
Situasi ini semakin memperpanjang daftar pelanggaran hak asasi manusia di wilayah tersebut dan mendesak perhatian serta tindakan konkret dari komunitas internasional untuk menghentikan penderitaan rakyat Palestina.