Jakarta – Musyawarah Nasional (Munas) Motor Besar Indonesia (MBI) yang baru saja digelar di Hotel Grand Butik menjadi sorotan publik. Kontroversi mencuat setelah 10 dari 17 pemegang hak suara memilih untuk tidak hadir dalam agenda penting tersebut. Ketidakhadiran ini menimbulkan pertanyaan serius mengenai legitimasi keputusan yang dihasilkan dari Munas tersebut.
Ke-10 wilayah yang tidak hadir menyatakan sikap tegas terhadap hasil Munas. Dalam pernyataan resmi, mereka menegaskan, “Kami yang bertandatangan di bawah ini, 10 dari 17 wilayah, tidak mengakui keputusan dari Munas ke-3. Proses yang dilakukan cacat hukum dan tidak sesuai dengan Anggaran Dasar dan Rumah Tangga (AD/ART) yang berlaku. Oleh karena itu, kami menolak hasil keputusan tersebut,” ungkap salah satu perwakilan wilayah.
Wilayah-wilayah yang menyatakan penolakan antara lain MBI Bekasi, MBI Tangerang, MBI Karawang, MBI Sumbar, MBI Riau, MBI Sultra, MBI Makassar, MBI Cilegon, MBI Sumedang, dan MBI Batam. Mereka menilai Munas tersebut tidak sah karena tidak memenuhi kuorum yang diperlukan.
Salah satu perwakilan wilayah yang hadir menegaskan, “Munas tidak sah jika mayoritas hak suara, yakni 10 dari 17, tidak hadir. Oleh karena itu, kami akan segera melaporkan hal ini kepada Dewan Pembina dan Penasehat.” Langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya mencari solusi atas dinamika yang tengah melanda organisasi.
Sebagai langkah lanjut, 10 wilayah ini juga memberikan Surat Mandat kepada Rio Castello untuk menjabat sebagai Ketua Umum Motor Besar Indonesia (MBI) periode 2024-2027. Keputusan ini diambil dengan harapan dapat membawa perubahan positif bagi organisasi.
Para pengurus wilayah yang tidak hadir berharap Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) dapat menjadi forum yang lebih inklusif, sah, dan sesuai dengan aturan organisasi. Mereka menginginkan agar Munaslub dapat menjadi wadah yang lebih representatif bagi seluruh anggota.
Situasi ini menjadi ujian bagi soliditas organisasi Motor Besar Indonesia. Diharapkan, organisasi ini dapat tetap menjaga kepercayaan dan kebersamaan seluruh anggota dalam setiap langkahnya. Keberhasilan dalam mengatasi dinamika ini akan menjadi penentu masa depan organisasi yang lebih baik.
