
HALUAN.CO– Kawasan Kashmir, yang dikenal dengan keindahan alamnya, kini menghadapi krisis pariwisata yang serius. Insiden pembantaian bersenjata yang terjadi bulan lalu telah membuat sektor pariwisata di wilayah ini hampir lumpuh total. Wisatawan yang biasanya memadati daerah ini kini hampir tidak terlihat.
Menurut laporan dari Associated Press pada Kamis (22/5), resor-resor di pegunungan Himalaya yang biasanya ramai kini sunyi senyap. Ratusan taksi yang biasanya mengantar wisatawan kini terparkir dan tidak beroperasi. Hotel-hotel dan perahu tradisional shikara di Kashmir juga tampak kosong.
Yaseen Tuman, seorang pengelola rumah perahu di Srinagar, menyatakan, “Mungkin ada beberapa wisatawan yang datang, tetapi jumlahnya sangat sedikit. Saat ini hampir tidak ada pengunjung.” Keheningan yang mencekam kini menyelimuti wilayah tersebut.
Kepanikan melanda setelah pembunuhan wisatawan yang jarang terjadi pada 22 April di Pahalgam, sebuah kota resor di selatan Kashmir. Insiden ini memicu penutupan sementara puluhan resor wisata oleh pihak berwenang, yang semakin memperburuk situasi dengan menurunkan tingkat hunian secara drastis.
Gambar-gambar mengerikan yang beredar di media sosial dan televisi menambah kepanikan dan kemarahan publik. India menuduh Pakistan mendukung para penyerang, tuduhan yang dibantah oleh Islamabad. Ketegangan antara kedua negara meningkat, memaksa warga untuk melarikan diri dan menyebabkan pembatalan massal pemesanan wisatawan.
Meskipun New Delhi dan Islamabad mencapai gencatan senjata yang dimediasi AS pada 10 Mei, pemesanan baru hampir tidak ada, menurut operator tur. Sheikh Bashir Ahmed, wakil presiden Asosiasi Hotel dan Restoran Kashmir, mengungkapkan bahwa sedikitnya 12.000 kamar yang sebelumnya dipesan hingga Juni kini dibatalkan, menyebabkan ribuan orang kehilangan pekerjaan.
“Ini adalah kerugian besar,” ujar Ahmed.
Penurunan ini berdampak signifikan pada ekonomi lokal, dengan kerajinan tangan, kios makanan, dan operator taksi kehilangan sebagian besar bisnis mereka.
Destinasi wisata populer seperti Gulmarg dan Pahalgam yang biasanya menjadi magnet bagi wisatawan kini sepi. Perahu-perahu shikara yang berwarna-warni dan biasanya ramai di Danau Dal, Srinagar, kini terbengkalai. Puluhan ribu pekerja harian hampir tidak memiliki pekerjaan.
“Dulu ada antrean panjang wisatawan yang menunggu untuk naik perahu. Sekarang tidak ada lagi,” kata Fayaz Ahmed, seorang pemandu perahu.
Mohammed Irfan, seorang sopir taksi, juga merasakan dampaknya. “Bahkan istirahat setengah hari pun merupakan kemewahan, dan kami akan berdoa untuk itu. Sekarang, taksi saya berhenti selama hampir dua minggu,” katanya.
Sebelum insiden ini, sektor pariwisata Kashmir tumbuh pesat, menyumbang sekitar 7% dari ekonomi wilayah tersebut. Omar Abdullah, pejabat tinggi terpilih Kashmir, menyatakan bahwa pemerintah berencana meningkatkan kontribusi pariwisata terhadap ekonomi menjadi 15% dalam empat hingga lima tahun ke depan.
Namun, konflik yang berkelanjutan dan pertempuran militer antara India dan Pakistan membuat wisatawan enggan berkunjung. Meskipun hampir 3 juta wisatawan mengunjungi Kashmir pada tahun 2024, meningkat dari tahun-tahun sebelumnya, insiden terbaru ini mengancam pertumbuhan tersebut.
Yaseen Tuman, operator tur generasi keenam, tidak optimis tentang kebangkitan pariwisata dalam waktu dekat.
“Jika semuanya berjalan dengan baik, dibutuhkan setidaknya enam bulan bagi pariwisata untuk bangkit kembali,” ujarnya.
Sheikh Bashir Ahmed menekankan pentingnya perdamaian untuk kemakmuran kawasan. “Pariwisata butuh perdamaian. Jika masalah Kashmir tidak diselesaikan, mungkin setelah dua bulan hal yang sama akan terjadi lagi,” katanya.
Krisis ini menyoroti betapa rapuhnya sektor pariwisata Kashmir terhadap ketegangan politik dan konflik bersenjata. Upaya diplomasi dan perdamaian antara India dan Pakistan menjadi kunci untuk memulihkan kepercayaan wisatawan dan menghidupkan kembali ekonomi lokal yang bergantung pada pariwisata.