Krisis Penduduk Melanda Jepang, China & Korsel: Apakah RI Selanjutnya?

2 mins read

Jakarta – Penurunan populasi atau depopulasi menjadi ancaman serius bagi Jepang, Korea Selatan, dan China. Kondisi ini dapat mengancam kekuatan ekonomi negara-negara tersebut.

Kekhawatiran ini sudah mulai terlihat dalam perekonomian Jepang. Negara Sakura mengalami depopulasi yang berdampak negatif pada perekonomian dan perusahaan-perusahaan di sana.

Menurut data dari National Institute of Population and Social Security Research, populasi Jepang terus meningkat sejak 1872. Pada saat itu, populasi Jepang hanya berjumlah 34,8 juta jiwa, dengan laki-laki sebanyak 17,66 juta dan perempuan 17,14 juta.

Namun, data dari Statistics Bureau of Japan dengan cut off setiap Oktober menunjukkan bahwa populasi Jepang mencapai puncaknya pada 2010 dengan jumlah 128,06 juta jiwa.

Sejak saat itu, populasi Jepang terus mengalami penurunan dengan rata-rata laju kontraksi tahunan. Pada Oktober 2023, tercatat bahwa populasi Jepang hanya sebesar 124,35 juta jiwa, turun 3,71 juta dalam kurun waktu 13 tahun terakhir.

Penurunan populasi ini berdampak pada kebangkrutan perusahaan karena mereka tidak dapat memperoleh cukup tenaga kerja untuk mempertahankan operasi mereka. Teikoku Databank mencatat bahwa terdapat 260 perusahaan yang mengalami kebangkrutan pada 2023.

China: Penurunan Populasi Terbesar dalam Sejarah

Dikutip dari South China Morning Post (SCMP), Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan bahwa China dapat mengalami penurunan jumlah penduduk terbesar yang pernah dialami oleh negara manapun, dengan kemungkinan 50% bahwa China dapat kehilangan lebih dari setengah populasi saat ini pada akhir abad ini.

Penurunan populasi di China disebabkan oleh jumlah wanita usia subur yang semakin sedikit, keterlambatan dalam pernikahan, serta semakin populernya pilihan untuk tidak memiliki anak sama sekali.

Berita Lainnya  PBNU-PKB: Kembali ke Fitrah!

Namun, jika laju total fertilitas China meningkat ke level 2,1, maka bukan tidak mungkin populasi China akan cenderung stabil di angka 1,2 miliar.

Korea Selatan: Menuju Kepunahan

Tidak hanya China, Korea Selatan (Korsel) juga memasuki fase kepunahan. Melansir Yonhap News Agency, studi yang dilakukan Layanan Informasi Ketenagakerjaan Korea Selatan menunjukkan rasio penduduk berusia 65 tahun ke atas di Busan sebesar 23% pada bulan Maret tahun ini. Data tersebut menjadikan Busan satu-satunya kota metropolitan yang menjadi masyarakat superaging.

Lebih lanjut, sebuah kelompok guru menyebut rata-rata jumlah siswa per kelas sekolah dasar bisa turun ke tingkat satu digit dalam 10 tahun, karena angka kelahiran yang amat rendah. Dalam skenario terburuk, jumlah rata-rata siswa sekolah dasar per kelas bisa turun dari saat ini 21,1 menjadi 9,3 pada tahun 2033 dan 8,8 pada tahun 2034.

Penurunan Kesuburan Global: Ancaman bagi Dunia

Dikutip dari NBC News, tingkat kesuburan di seluruh dunia menurun lebih cepat dari yang diperkirakan, membuat dunia berada di jalur untuk mengalami penurunan populasi sebelum akhir abad ini, menurut sebuah laporan dari PBB.

Lebih dari 60 negara dan wilayah telah mencapai puncak populasi mereka, termasuk Italia, Jepang, Rusia, dan pada tahun 2021, China, menurut laporan yang diterbitkan pada hari Kamis. Artinya, 1 dari 4 orang di dunia tinggal di negara yang populasinya sudah mencapai puncaknya.

Perubahan dalam pertumbuhan populasi dan tingkat kesuburan sangat diperhatikan karena dampaknya yang besar terhadap sosial dan ekonomi di seluruh dunia. Jumlah orang di Bumi juga memengaruhi planet itu sendiri, memengaruhi tingkat konsumsi, penggunaan energi, produksi industri, ketersediaan sumber daya, dan dengan demikian, sampai batas tertentu, laju perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

Berita Lainnya  Pesenam Cedera Ini Tetap Tampil di Olimpiade Paris 2024! Anda Tidak Akan Percaya!

Saat ini, tingkat kesuburan global adalah 2,25 kelahiran per wanita, satu anak per wanita lebih sedikit dibandingkan dengan tahun 1990.

Ancaman Depopulasi di Indonesia

Persoalan penurunan penduduk juga bisa mengancam Indonesia. Tercermin dari laju pertumbuhan penduduk yang mencapai rekor terendah sepanjang masa. Ini artinya, akan ada banyak orang tua yang mendominasi di masa depan, seiring dengan itu akan terjadi krisis anak kecil, di mana populasi anak-anak menjadi sangat sedikit.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, rata-rata laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2020 – 2024 hanya 1,11%.

Data BPS pada 2023 menyebutkan jumlah pernikahan di Indonesia telah turun 128.000 secara tahunan menjadi 1,57 juta. Sementara dalam satu dekade terakhir angka pernikahan sudah anjlok hingga 28,63%.

Angka pernikahan yang turun juga berimplikasi pada jumlah kelahiran anak yang turun. Hasil survei BPS pada 2020 menyebutkan bahwa angka kelahiran total hanya sebesar 2,10. Hal tersebut berarti rata-rata perempuan di Indonesia akan melahirkan dua anak pada masa reproduksinya. Dalam kurun waktu satu dekade terakhir, penurunan angka kelahiran total sudah turun 0,39.

Padahal, penduduk usia produktif akan terus bertambah usia dan suatu saat menjadi lansia. Berdasarkan data BPS pada 2022, jumlah penduduk usia produktif dari rentang 20 – 59 tahun menempati 57% dari seluruh penduduk Indonesia. Jika tren tingkat pernikahan dan kelahiran terus menurun, maka dalam 20 – 30 tahun ke depan, penduduk yang usia produktif sekarang akan mendominasi menjadi penduduk usia lansia.

Berita Terbaru

Mengenai Kami

Haluan.co adalah bagian dari Haluan Media Group yang memiliki visi untuk mencerdaskan generasi muda Indonesia melalui sajian berita yang aktual dan dapat dipercaya

Alamat
Jalan Kebon Kacang XXIX Nomor 02,
Tanah Abang, Jakarta Pusat
—–
Lantai IV Basko Grandmall,
Jl. Prof. Hamka Kota Padang –
Sumatera Barat

 0813-4308-8869
 [email protected]

Copyright 2023. All rights reserved.
Haluan Media GroupÂ