Washington DC – Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, melontarkan kritik pedas terhadap penggunaan rudal jarak jauh yang disuplai oleh Washington kepada Ukraina dalam serangan ke wilayah Rusia. Kritik ini mengindikasikan kemungkinan adanya perubahan kebijakan AS di bawah pemerintahan Trump terhadap Kyiv di masa depan.
Dalam wawancara eksklusif dengan majalah TIME, yang dilakukan sebagai bagian dari penobatan Trump sebagai “Person of the Year”, Trump mengungkapkan pandangannya mengenai kebijakan luar negeri AS. Ia menyoroti keputusan Presiden Joe Biden yang bulan lalu mencabut larangan penggunaan rudal jarak jauh oleh Ukraina. Langkah ini diambil Biden untuk mendukung upaya Kyiv dalam mengusir pasukan Rusia yang menginvasi negara tersebut.
Keputusan Biden untuk mencabut larangan tersebut datang setelah permohonan berulang kali dari Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky. Gedung Putih menyatakan bahwa pengerahan 15.000 tentara Korea Utara ke medan pertempuran oleh Rusia menjadi alasan utama di balik perubahan kebijakan ini. Biden berharap langkah ini dapat memperkuat posisi Ukraina dalam menghadapi agresi Rusia.
Trump, yang akan kembali menjabat sebagai Presiden AS pada 20 Januari tahun depan, menyatakan keinginannya untuk segera mengakhiri perang yang telah berlangsung hampir tiga tahun. Namun, ia masih enggan memberikan rincian mengenai rencananya. Dalam wawancara dengan TIME, Trump mengklaim memiliki “rencana yang sangat bagus” untuk membantu menyelesaikan konflik, tetapi menolak untuk mengungkapkannya saat ini dengan alasan bahwa “itu akan menjadi rencana yang nyaris tidak ada gunanya” jika dibocorkan terlalu dini.
Pada akhir pekan lalu, Trump bertemu langsung dengan Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, di Paris. Pertemuan tersebut juga dihadiri oleh Presiden Prancis, Emmanuel Macron. Usai pertemuan, Trump menyerukan gencatan senjata untuk konflik antara Ukraina dan Rusia, menekankan pentingnya mencari solusi damai untuk mengakhiri pertumpahan darah.
Trump juga menyoroti masuknya pasukan Korea Utara ke medan pertempuran sebagai “faktor yang sangat rumit” dalam konflik ini. Kehadiran pasukan tersebut menambah dimensi baru dalam dinamika perang, yang memerlukan pendekatan diplomatik yang hati-hati dan terukur.
