Pada tanggal 6 Januari 2025, jagat sepak bola Nusantara digemparkan oleh keputusan mengejutkan dari PSSI yang memutus kontrak seorang pelatih Tim Nasional yang sebelumnya dianggap berjasa. Langkah ini menandai momen bersejarah dalam perjalanan sepak bola nasional, memicu reaksi beragam dari berbagai kalangan.
Sejak hari Minggu sebelumnya, media sosial diramaikan dengan gerakan tagar #STYSTAY, yang muncul setelah seorang anggota komite eksekutif PSSI mengucapkan terima kasih kepada STY di Instagram. Namun, gerakan ini harus mengalah kepada tagar #STYOUT, yang telah lama diharapkan oleh Bung Towel, seorang pengamat sepak bola terkemuka.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menjelaskan bahwa keputusan ini diambil untuk memastikan strategi dan komunikasi yang lebih baik dalam tim. Meskipun tidak memberikan rincian spesifik, Erick mengisyaratkan bahwa dinamika internal Timnas menjadi salah satu pertimbangan utama dalam evaluasi terhadap STY.
Dalam sebuah talkshow televisi, beberapa pengamat sepak bola terkemuka menyatakan bahwa perselisihan antara STY dan para pemain, terutama pemain naturalisasi, menjadi faktor utama di balik keputusan ini. Perselisihan tersebut, menurut kabar yang beredar, disebabkan oleh ketidakcocokan taktik dan strategi yang diterapkan STY, serta kendala komunikasi akibat perbedaan bahasa.
Keputusan PSSI ini dianggap sebagai langkah politik yang mengorbankan satu individu demi menyelamatkan masa depan sepak bola Indonesia secara keseluruhan. Meskipun penyebab utama pemutusan kontrak ini tidak lagi relevan untuk dibahas, banyak yang berharap bahwa akar masalahnya akan terungkap seiring berjalannya waktu.
Fokus utama saat ini adalah bagaimana pelatih baru yang dikontrak PSSI dapat melanjutkan prestasi yang telah diraih STY, sebagai persiapan menghadapi tantangan berikutnya pada bulan Maret. Dukungan penuh dari masyarakat pecinta sepak bola sangat diharapkan untuk memberikan semangat dan doa kepada Timnas, alih-alih saling menyalahkan.