Jakarta – Kasus tragis meninggalnya peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) di Universitas Diponegoro, ARL (30), masih menjadi sorotan tajam di media sosial. Bahkan, media internasional seperti Channel News Asia (CNA) dari Singapura turut menyoroti insiden ini.
Menurut laporan CNA, ARL diduga menyuntikkan dirinya sendiri dengan dosis tinggi obat bius Roculax. Obat ini umumnya digunakan untuk mempermudah intubasi trakea dan merelaksasi otot rangka selama prosedur bedah.
CNA juga mengutip pernyataan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang menyoroti bahwa perundungan di dunia kedokteran telah menjadi masalah serius di Indonesia. “Budi berjanji akan mengambil langkah tegas untuk mengakhiri praktik tersebut. Ia mencatat bahwa berdasarkan survei yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan, banyak mahasiswa kedokteran yang menjalani program residensi tampaknya memiliki kecenderungan bunuh diri akibat stres dan depresi yang disebabkan oleh perundungan,” demikian laporan CNA.
Studi yang dikutip oleh Bapak Budi mengungkapkan bahwa 22,4 persen dari lebih dari 12.000 mahasiswa kedokteran spesialis di Indonesia menunjukkan gejala depresi. Angka ini mencerminkan betapa seriusnya dampak perundungan terhadap kesehatan mental para mahasiswa kedokteran.
Selain itu, CNA juga melaporkan kasus perundungan yang terjadi di Universitas Padjajaran (Unpad). Seorang dokter muda diduga mengalami kekerasan fisik dan verbal oleh seniornya. Meski begitu, dokter yang diduga terlibat dalam perundungan tersebut telah dikenai sanksi tegas.