Jakarta – Ketua Umum DPP PKB, Muhaimin Iskandar, yang lebih dikenal dengan sebutan Cak Imin, menyatakan ketidaksediaannya untuk hadir jika PBNU memanggilnya guna menindaklanjuti ‘Mandat Tebuireng’ terkait upaya restrukturisasi PKB.
Pernyataan ini diutarakan oleh Cak Imin sebagai respons terhadap pernyataan Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, yang berencana mengundang Cak Imin untuk membahas lebih lanjut ‘Mandat Tebuireng’ dalam rangka pembenahan PKB.
Di sisi lain, Cak Imin menilai bahwa para elite PBNU sejak awal sudah menunjukkan sikap yang tidak sopan. Ia menuding bahwa elite PBNU memiliki ambisi dan nafsu berkuasa yang telah mengikis karakter yang seharusnya dimiliki oleh PBNU.
Cak Imin juga menyinggung bahwa dirinya masih berstatus sebagai warga NU dan Syuriyah di salah satu ranting NU. Ia merasa sedih dengan perilaku oknum yang membawa-bawa nama lembaga dan mengatasnamakan kiai.
Hubungan antara PKB dan PBNU belakangan ini terus memanas. PBNU sebelumnya telah menggelar pertemuan dengan para kiai di Pesantren Tebuireng, Jombang beberapa waktu lalu, setelah PBNU membentuk tim khusus untuk mengkaji hubungan antara NU dan PKB.
Dalam forum tersebut, para kiai menyepakati ‘Mandat Tebuireng’ untuk disampaikan kepada Rais Aam PBNU guna membenahi PKB. Ada dua kesepakatan yang dihasilkan dalam pertemuan ini. Pertama, para kiai bersepakat bahwa antara PBNU dan PKB memiliki hubungan ideologis, historis-politis, organisatoris, dan kultural. Kedua, para kiai meminta PBNU secepatnya mengambil langkah strategis dalam hal perbaikan PKB.
Gus Yahya menyatakan bahwa pihaknya akan mengundang Cak Imin untuk menindaklanjuti ‘Mandat Tebuireng’. Upaya ini diharapkan dapat menjadi langkah awal dalam memperbaiki hubungan dan struktur organisasi PKB.