Dalam lanskap politik Indonesia yang penuh warna, mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tetap menjadi pusat perhatian dan sering kali menjadi sasaran kritik pedas. Pengamat politik terkemuka, Adi Prayitno, mengemukakan beberapa alasan yang mungkin menjadi penyebab mengapa Jokowi masih menjadi target kritik politik meskipun telah meninggalkan jabatannya.
Menurut Adi Prayitno, salah satu faktor utama yang memicu kritik terhadap Jokowi adalah perseteruan yang terjadi antara dirinya dengan elite Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Adi menjelaskan bahwa setelah Jokowi dan PDIP berpisah jalan, setiap langkah yang diambil oleh Jokowi dianggap keliru di mata PDIP. “Jadi setelah Jokowi pecah kongsi dengan PDIP, setiap tindakan yang dilakukan oleh Jokowi dianggap salah oleh PDIP,” ungkap Adi dalam kanal YouTube-nya pada Rabu (8/1/2025).
Selain konflik internal dengan PDIP, keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang memungkinkan Gibran Rakabuming Raka, putra Jokowi, untuk maju dalam Pemilihan Presiden 2024 juga menjadi salah satu faktor yang memicu kritik. Keputusan ini dianggap oleh beberapa pihak sebagai langkah yang kontroversial dan menambah bahan bakar bagi kritik terhadap Jokowi.
Setelah meninggalkan kursi kepresidenan, Jokowi tetap menjadi figur yang berpengaruh dalam politik Indonesia. Namun, pengaruh ini tidak selalu diterima dengan baik oleh semua pihak. Dinamika politik yang terjadi setelah masa kepemimpinannya turut mempengaruhi persepsi publik dan elite politik terhadap dirinya.