Jakarta – Harga minyak tetap stabil meskipun mengalami sedikit penurunan pada awal perdagangan Jumat (30/8). Berdasarkan laporan dari Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Oktober turun sebesar 7 sen atau 0,09 persen menjadi US$78,75 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 11 sen atau 0,14 persen menjadi US$75,80 per barel.
Pada Kamis (29/8), kedua kontrak tersebut ditutup dengan kenaikan sebesar US$1, didorong oleh kekhawatiran terkait pasokan minyak. Analis menyatakan bahwa pergerakan harga ini dipengaruhi oleh tarik-menarik sentimen antara kekhawatiran pasar terhadap konflik di Timur Tengah dan melemahnya permintaan minyak global.
Konflik di Timur Tengah menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi sentimen pasar. Penghentian separuh produksi minyak Libya, sekitar 700 ribu barel per hari (bph), pada Kamis kemarin menjadi salah satu penyebab utama. Selain penghentian produksi, ekspor minyak dari Libya juga dihentikan di beberapa pelabuhan akibat perselisihan antara faksi politik yang bersaing.
Perusahaan konsultan Rapidan Energy Group memperkirakan bahwa kerugian produksi minyak Libya bisa mencapai antara 900 ribu hingga 1 juta barel per hari dan kemungkinan akan berlangsung selama beberapa minggu. Hal ini tentu menambah kekhawatiran pasar terhadap pasokan minyak global.
Di tengah masalah tersebut, pasokan minyak dari Irak juga diperkirakan akan menyusut. Produksi minyak Irak telah melampaui kuota yang disepakati dengan OPEC+. Sebagai langkah antisipasi, Irak berencana mengurangi produksi minyaknya menjadi antara 3,85 juta hingga 3,9 juta barel per hari pada bulan depan.
Meskipun sentimen ini cukup positif bagi harga minyak, penguatan harga tertahan oleh kekhawatiran pasar terhadap prospek permintaan minyak di masa depan. Kekhawatiran ini muncul seiring dengan berbagai faktor ekonomi global yang mempengaruhi permintaan minyak, termasuk perlambatan ekonomi di beberapa negara besar.