Jakarta – Rexhinaldo Nazarko, Direktur Eksekutif Jaringan Keterlibatan dan Pemberdayaan Muslim Amerika (AMEEN), secara terang-terangan mengungkapkan kekecewaannya terhadap Trump. Menurutnya, dukungan yang diberikan kepada Trump selama kampanye terasa sia-sia akibat pilihan kabinetnya yang cenderung mendukung agresi Israel di Gaza. Hal ini menimbulkan rasa frustrasi di kalangan pendukung Muslim yang merasa diabaikan.
Namun, tidak semua pihak terkejut dengan keputusan Trump. Hassan Abdel Salam, mantan profesor di Universitas Minnesota, menyatakan bahwa ia tidak heran dengan pilihan Trump yang mengisi kabinetnya dengan orang-orang pro-Israel. Menurutnya, langkah ini sudah dapat diprediksi mengingat sikap Trump yang konsisten dalam mendukung Israel.
Salah satu penunjukan yang menuai kontroversi adalah Marco Rubio, seorang senator dari Partai Republik, yang ditunjuk sebagai Menteri Luar Negeri. Rubio dikenal sebagai pendukung vokal agresi Israel di Gaza, dan penunjukannya mendapat kecaman dari komunitas Muslim di AS. Rubio sebelumnya pernah menyatakan penolakannya terhadap gencatan senjata di Gaza, dengan alasan bahwa Israel perlu memberangus Hamas.
Selain Rubio, Trump juga mencalonkan mantan Gubernur Arkansas, Mike Huckabee, sebagai duta besar AS di Israel. Huckabee, seperti Rubio, dikenal sebagai pejabat pro-Israel yang tidak mendukung solusi dua negara untuk Palestina. Penunjukan ini semakin memperkuat kekhawatiran warga Muslim tentang arah kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Trump.
Menurut para pengamat, dukungan dari warga Muslim AS memainkan peran penting dalam kemenangan Trump di Pilpres AS 2024. Dukungan ini terutama signifikan di negara bagian Michigan dan mungkin juga di negara bagian lainnya. Selama kampanye, Trump berulang kali berjanji untuk mengakhiri konflik di Timur Tengah, khususnya perang Israel-Palestina, yang menjadi salah satu alasan utama dukungan dari komunitas Muslim.