Jakarta – Kerajaan Arab Saudi memberikan respons tegas terhadap pernyataan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, yang menyerukan hak berdoa bagi orang Yahudi di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki. Kecaman ini disampaikan oleh Kerajaan Arab Saudi melalui pernyataan resmi yang dirilis oleh Kementerian Luar Negeri Saudi.
Kerajaan Arab Saudi dengan tegas menolak pernyataan Ben-Gvir yang dianggap ekstremis dan provokatif. Arab Saudi mendesak pentingnya menghormati status historis dan hukum Masjid Al-Aqsa. Dalam pernyataannya, Arab Saudi menegaskan bahwa tindakan Ben-Gvir dapat memicu ketegangan lebih lanjut di kawasan tersebut.
Pada hari Senin (26/08), Menteri Itamar Ben-Gvir mengklaim bahwa orang Yahudi memiliki hak berdoa di Masjid Al-Aqsa dan menyatakan niatnya untuk membangun sinagoge di lokasi tersebut. Ini adalah pertama kalinya seorang menteri Israel secara terbuka berbicara tentang pembangunan sinagoge di dalam Masjid Al-Aqsa. Sebelumnya, Ben-Gvir telah berulang kali menyerukan agar orang Yahudi diizinkan berdoa di lokasi tersebut.
Seruan Ben-Gvir disampaikan di tengah serangan berulang kali ke kompleks Masjid Al-Aqsa oleh pemukim ilegal Israel yang berada di bawah perlindungan polisi. Ben-Gvir sendiri sering kali ikut dalam rombongan yang melanggar aturan internasional. Dalam wawancaranya dengan Radio Angkatan Darat, Ben-Gvir menyatakan bahwa orang Yahudi seharusnya diizinkan untuk berdoa di kompleks tersebut sama seperti orang Arab.
Masjid Al-Aqsa dianggap sebagai situs tersuci ketiga dalam Islam, sementara bagi orang Yahudi, daerah itu dikenal sebagai Temple Mount, yang diyakini sebagai lokasi dua kuil Yahudi kuno. Israel menduduki Yerusalem Timur, tempat Al-Aqsa berada, selama Perang Arab-Israel 1967. Pada tahun 1980, Israel mencaplok seluruh kota, langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Israel menghadapi kecaman internasional atas serangan brutalnya di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 40.400 orang sejak serangan Hamas pada 7 Oktober, meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera. Kecaman juga datang dari negara-negara Arab lainnya, termasuk Yordania dan Qatar.
Turki juga memberikan respons keras terhadap pernyataan Ben-Gvir. Juru bicara Partai Keadilan dan Pembangunan (AKP) Turki, Ömer Çelik, mengecam pernyataan Ben-Gvir, menyebutnya keji dan terkutuk. Ömer Çelik menegaskan bahwa komentar Ben-Gvir merupakan serangan terhadap semua Muslim dan kemanusiaan secara umum. Çelik menekankan pentingnya Masjid Al-Aqsa, menyebutnya sebagai “nilai sakral kami, kesayangan kami, dan garis merah kami.” Menurutnya, Ben-Gvir adalah “musuh masjid dan gereja.”
Çelik menggambarkan tindakan Ben-Gvir sebagai “jaringan genosida dan pembantaian” yang berusaha memprovokasi perang agama untuk menghindari pertanggungjawaban hukum. Ia mendesak masyarakat internasional untuk mengambil sikap “jelas” terhadap mereka yang terlibat dalam retorika provokatif tentang Masjid Al-Aqsa.
Sementara itu, beberapa pejabat Israel juga mengecam pernyataan Ben-Gvir. Salah satunya adalah Menteri Pertahanan Yoav Gallant. Di sisi lain, pernyataan dari kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa “tidak ada perubahan” pada kebijakan saat ini.