Jakarta – Milisi Hizbullah di Lebanon selatan kembali menjadi sorotan setelah meluncurkan 320 roket katyusha ke Israel pada akhir pekan lalu. Pemimpin Hizbullah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyatakan bahwa serangan tersebut telah direncanakan dengan matang dan pihaknya akan melakukan evaluasi serta penilaian terkait operasi tersebut.
Nasrallah menegaskan bahwa jika hasil evaluasi menunjukkan serangan tersebut belum cukup, Hizbullah siap melancarkan serangan tambahan ke Israel. Serangan yang terjadi pada Minggu (25/8) ini bahkan memaksa Israel untuk menetapkan status darurat selama 48 jam.
Sinyal bahwa Hizbullah masih memiliki banyak senjata terlihat dari ratusan roket yang telah diluncurkan. Pertanyaan yang muncul adalah dari mana Hizbullah mendapatkan pasokan senjata tersebut? Hizbullah dikenal sebagai proksi Iran, dan negara ini dilaporkan memasok berbagai jenis senjata, termasuk rudal, kepada milisi tersebut.
Pada Juli lalu, Iran dilaporkan memasok bom elektromagnetik kepada Hizbullah setelah terjadi serangan balasan antara kelompok ini dan Israel. Bom elektromagnetik memiliki kemampuan untuk melumpuhkan komunikasi dan menonaktifkan radar, seperti yang dilaporkan oleh Jerusalem Post.
Selain Iran, Suriah juga menjadi salah satu negara yang mengirim senjata kepada Hizbullah. Pada tahun 2013, Nasrallah menyatakan bahwa Suriah akan memasok senjata yang disebutnya sebagai “game changer” sebagai respons atas serangan Israel ke Damaskus. Namun, Nasrallah tidak merinci jenis senjata yang dikirim oleh Suriah.
Hizbullah dan Iran sering kali membantu Suriah dengan memasok pasukan dan penasihat militer untuk mendukung Presiden Bashar Assad dalam melawan pemberontak. Sebulan setelah agresi Israel di Jalur Gaza, Palestina, intelijen Amerika Serikat menduga bahwa Suriah mengirim sistem pertahanan rudal Rusia atau Pantsir ke Hizbullah dengan bantuan tentara bayaran Wagner, seperti yang dilaporkan oleh CNN.
Rusia diduga mendukung Hizbullah karena beberapa senjata buatan mereka dipasok ke milisi tersebut meski melalui negara lain. Namun, sejauh ini belum jelas seberapa besar pengaruh Rusia dalam keputusan untuk mengizinkan senjata buatan mereka dikirim ke Hizbullah.
Di luar itu, Hizbullah dan Wagner membantu Angkatan Bersenjata Rusia di Suriah dalam melawan pemberontak yang berusaha mengkudeta Assad. Keterlibatan ini menunjukkan betapa kompleksnya jaringan dukungan militer yang dimiliki oleh Hizbullah.