Jakarta – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengeluarkan pernyataan tegas setelah kediamannya di Caesarea menjadi sasaran serangan drone oleh Hizbullah pada Sabtu (19/10). Insiden ini semakin memperkeruh ketegangan di kawasan tersebut, di mana Israel dan kelompok-kelompok yang didukung Iran kerap terlibat dalam konflik berkepanjangan.
Netanyahu merespons serangan ini melalui sebuah video yang diunggah oleh jurnalis Axios di platform X. Dalam video tersebut, Netanyahu menjawab pertanyaan singkat mengenai situasi terkini. “Kita akan terus melawan Iran dan proksi teroris mereka. Kita akan memenangkan perang ini,” tegas Netanyahu, menegaskan komitmennya untuk melawan ancaman yang dianggapnya berasal dari Iran dan sekutunya.
Israel, bersama sekutu dekatnya Amerika Serikat, sering kali menyebut Hamas dan Hizbullah sebagai perpanjangan tangan Iran di kawasan tersebut. Tuduhan ini menjadi dasar bagi banyak kebijakan keamanan dan militer yang diambil oleh kedua negara dalam menghadapi ancaman dari Timur Tengah.
Dalam video yang sama, Netanyahu terlihat berjalan di lapangan dengan mengenakan pakaian kasual dan kacamata hitam. Ketika ditanya apakah ada sesuatu yang menghalanginya, Netanyahu menjawab dengan singkat, “Tidak”. Jawaban ini menunjukkan keyakinannya untuk terus melanjutkan agenda politik dan militernya tanpa rintangan berarti.
Netanyahu juga menyampaikan pesan serupa dalam video berbahasa Ibrani, di mana ia menyatakan bahwa Israel sedang berada dalam “perang eksistensial” dan akan terus berjuang hingga akhir. Pernyataan ini menggarisbawahi pandangan Netanyahu bahwa konflik yang dihadapi Israel bukan sekadar pertempuran militer, tetapi juga perjuangan untuk keberlangsungan negara.
Dalam rekaman versi Bahasa Inggris, Netanyahu menyinggung pembunuhan pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, yang tewas dalam serangan Israel pada Rabu (6/10). Sinwar, yang dituduh sebagai dalang serangan 7 Oktober 2023, sempat terlibat pertempuran dengan pasukan Zionis sebelum akhirnya tewas. Netanyahu menuduh Sinwar sebagai otak di balik serangan brutal yang menargetkan warga sipil Israel.
Namun, klaim Israel mengenai peristiwa 7 Oktober mendapat tantangan. Hasil analisis forensik yang dikutip oleh Al Jazeera menunjukkan bahwa klaim Israel yang menyebut serangan tersebut sebagai tindakan sistematis dan meluas ternyata tidak sepenuhnya akurat.