Tel Aviv – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyampaikan permintaan maaf kepada keluarga enam sandera yang jenazahnya ditemukan di terowongan bawah tanah di Jalur Gaza bagian selatan pada akhir pekan. Netanyahu mengungkapkan penyesalannya karena gagal memulangkan para sandera dalam keadaan hidup.
Seperti dilaporkan oleh CNN dan The Hill pada Selasa (3/9/2024), permintaan maaf tersebut disampaikan Netanyahu dalam konferensi pers yang diadakan pada Senin (2/9) malam waktu setempat. Permintaan maaf ini muncul di tengah meningkatnya kritik terhadap Netanyahu yang dianggap gagal mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk membebaskan para sandera yang masih ditahan di Jalur Gaza.
Netanyahu menegaskan bahwa Israel akan memberikan konsekuensi tegas terhadap kelompok Hamas atas kematian para sandera tersebut. Ia mengisyaratkan bahwa respons Tel Aviv terhadap Hamas akan serupa dengan serangan balasan terhadap kelompok Hizbullah pada Juli lalu, ketika serangan Israel di pinggiran Beirut menewaskan komandan senior kelompok yang didukung Iran tersebut.
Militer Israel mengonfirmasi pada Minggu (1/9) bahwa pasukannya menemukan enam jenazah sandera di dalam terowongan bawah tanah di area Rafah, Jalur Gaza bagian selatan. Tel Aviv menyebut para sandera ditembak mati oleh “teroris” Hamas ketika pasukan Israel bergerak mendekati area tersebut. Menurut pejabat kesehatan dan militer Israel, keenam sandera itu ditembak dari jarak sangat dekat dan tewas pada Kamis (29/8) atau Jumat (30/8) sebelum pasukan Tel Aviv mencapai posisi mereka di dalam terowongan bawah tanah tersebut.
Kematian para sandera tersebut memicu unjuk rasa besar-besaran yang diwarnai aksi mogok kerja massal di berbagai wilayah Israel sejak Minggu (1/9) waktu setempat. Puluhan ribu demonstran Israel turun ke jalanan untuk menuntut Netanyahu mencapai kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan para sandera di Jalur Gaza.
Lebih dari 250 sandera ditahan di Jalur Gaza sejak serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, yang menewaskan sekitar 1.200 orang. Sekitar 100 sandera di antaranya dibebaskan dalam kesepakatan gencatan senjata singkat pada November tahun lalu, yang menyisakan sekitar 100 sandera lainnya.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengkritik Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, pada Senin (2/9), dengan menyatakan bahwa Netanyahu tidak cukup berusaha untuk mengamankan kesepakatan pembebasan sandera. Menanggapi kritik ini, Netanyahu menolak pandangan Biden dan menegaskan bahwa tekanan seharusnya diarahkan kepada Hamas, bukan kepada Israel, terutama setelah kematian para sandera.
Netanyahu menekankan bahwa upaya untuk membebaskan para sandera “terus berlanjut,” seraya menuduh Hamas “enggan melakukan perundingan yang tulus.” Sebaliknya, Hamas mengklaim bahwa mereka telah menawarkan pembebasan sandera sebagai imbalan untuk penghentian perang, penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza, dan pembebasan tahanan Palestina.