Jakarta – Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menegaskan bahwa kematian pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, bukanlah akhir dari konflik di Gaza. Sebaliknya, Netanyahu menyebut momen ini sebagai awal dari akhir perang.
Netanyahu menambahkan bahwa perang di Gaza bisa berakhir kapan saja, bahkan esok hari, asalkan Hamas bersedia menyerah dan memulangkan seluruh sandera. Israel berjanji akan menjamin keselamatan semua orang yang memulangkan para tawanan. Namun, Netanyahu juga bersumpah akan memburu dan menyeret ke pengadilan siapa saja yang mempersenjatai diri melawan Israel.
Israel Katz, Menteri Luar Negeri Israel, menyatakan bahwa pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, telah tewas dalam serangan di Gaza. Israel menuduh bahwa Sinwar sebagai dalang ari serangan Hamas pada tanggal 7 Oktober 2023. Hingga saat ini, Hamas belum memberikan komentar resmi terkait informasi kematian pemimpin mereka.
Sebelumnya, Israel melancarkan serangkaian serangan udara ke beberapa wilayah di Jalur Gaza Palestina pada Kamis (17/10), dengan target utama pemimpin politik Hamas, Yahya Sinwar. Pengumuman terbaru dari Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyebutkan bahwa Sinwar mungkin tewas dalam salah satu serangan tersebut. Namun, Israel tidak menjelaskan lokasi pasti di mana serangan yang diduga menewaskan Sinwar itu terjadi.
IDF melaporkan bahwa salah satu serangan udara Israel menghantam sebuah bangunan yang diduga menjadi tempat berkumpulnya sejumlah teroris. Israel mengklaim tidak ada tanda-tanda bahwa warganya yang sedang menjadi sandera Hamas di gedung dan area sekitarnya.
Menurut bocoran pejabat Israel kepada Axios, serangan yang diduga kuat menewaskan Sinwar ini terjadi pada Rabu (16/10) malam di selatan Jalur Gaza. Saat itu, pasukan IDF tengah melakukan patroli rutin dan tiba-tiba berpapasan dengan tiga orang bersenjata, hingga menimbulkan peristiwa saling tembak-menembak terjadi antara pasukan IDF dan ketiga pria bersenjata tersebut hingga pada akhirnya mereka tewas. Pejabat Israel menyatakan bahwa pasukan IDF melihat wajah salah satu milisi yang tewas itu mirip Yahya Sinwar. Namun, identitasnya belum bisa dikonfirmasi.
Yahya Sinwar diangkat menjadi pemimpin politik Hamas setelah kematian pendahulunya, Ismail Haniyeh, pada akhir Juli lalu. Haniyeh tewas akibat serangan udara saat berada di Teheran, Iran, untuk menghadiri pelantikan Presiden Masoud Pezeskhian. Iran meyakini serangan itu didalangi Israel, meski hingga saat ini Tel Aviv terus membantahnya.
Sebelum menggantikan Haniyeh, Sinwar merupakan pemimpin Hamas di Gaza. Dibandingkan Haniyeh, Sinwar dikenal sebagai tokoh Hamas yang lebih keras dan kejam dalam bersikap terhadap Israel. Sinwar juga dianggap sebagai otak dari serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 lalu ke Israel. Serangan itu memicu agresi brutal Israel ke Jalur Gaza dan Palestina secara keseluruhan hingga hari ini, yang telah menewaskan lebih dari 42 ribu warga Palestina.