Haluan.co – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) belum lama ini mengungkapkan hal yang mengejutkan terkait utang pinjaman online alias pinjol di Ibu Kota.
Di mana tercatat dari 2,38 juta akun pengguna di DKI Jakarta terhitung pada April 2023, angka utangnya mencapai Rp10,35 triliun.
Melihat fenomena ini, Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP HIPMI) Akbar Himawan Buchari angkat suara.
Angka lonjakan utang terhadap pinjol ini diungkap OJK melalui laman resminya dan disebut jumlah pengguna yang mengajukan utang sebenarnya meningkat di bulan April 2023 bila dibandingkan bulan Maret 2023.
Di mana pada Maret 2023 jumlaah pengguna yang menggunakan jasa pinjol di Jakarta mencapai angka 2,34 juta, sedangkan pada April 2023 angkanya meningkat jadi 2,38 juta.
Hal yang disayangkan dengan isu utang Rp10,35 triliun ini adalah munculnya benang merah yang berhubungan dengan war tiket konser Coldplay.
Karena disinyalir meningkatnya jumlah pengguna yang mengajukan pinjaman pinjol ini berasal dari generasi muda yang memiliki dana terbatas tapi tak ingin kehilangan kesempatan untuk menonton penampilan band dari Inggris itu.
Dari sinilah mereka nekat mengajukan pinjol untuk mendapatkan akses dana segar.
“Melihat informasi dari OJK ini menjadi alasan mengapa kita perlu punya insight lebih khususnya anak muda, mendapatkan literasi keuangan sebelum memutuskan untuk mengajukan pinjol. Anak muda seharusnya mengedepankan pinjaman yang produktif untuk berbisnis dan mengembangkan produk UMKM,” tutur Akbar di Jakarta (30/6/2023).
Akbar melanjutkan, kunci literasi keuangan yang baik harus dimiliki publik Tanah Air seperti pengetahuan mengenai lembaga jasa keuangan, produk serta jasa keuangan, hingga mengenai manfaat serta risikonya.
Mengingat melihat fenomena meroketnya utang pinjol di Ibu Kota ini terdapat potensi para penggunanya hanya nekat mengakses pinjaman dari fintech tanpa tahu pasti mengenai risiko yang mereka ambil.
“Mulai dari masuk daftar hitam OJK hingga dikejar-kejar debt collector dapat menghambat produktivitas bagi mereka yang tidak bisa membayar utang pinjol. Selain itu dengan literasi keuangan maka perilaku konsumtif bisa dicegah demi menghindari dorongan kompulsif yang akhirnya membuat masyarakat bisa nekat mengakses pinjaman ke pinjol,” ujar CEO Saka Group yang membidangi bisnis properti, perkebunan dan konstruksi.
Dari sinilah mengapa Akbar lebih mengajak anak muda Indonesia untuk mandiri secara finansial menjadi pengusaha daripada mengambil jalan pintas pinjol.
Hal ini sebenarnya bisa dimulai dengan menjadi pengusaha UMKM dan Anda tak perlu takut untuk memulai usahanya, karena HIPMI siap memberikan bantuan pendampingan untuk pengembangan usaha tersebut.
“Saya mendorong anak mudah menjadi pengusaha, karena ini dapat menjadi awal mencapai kemandirian finansial sehingga bisa terhindar dari potensi utang pinjol,” tutupnya.***