Empat tahun silam, pandemi Covid-19 mengguncang dunia dan mengubah banyak aspek kehidupan, termasuk cara hidup masyarakat. Salah satu perubahan yang paling mencolok adalah meningkatnya ketertarikan terhadap olahraga, terutama lari. Kini, banyak individu yang menjadikan lari sebagai bagian dari rutinitas harian mereka, baik di pagi maupun sore hari, di berbagai penjuru kota.
Rheza Akbar, seorang penggiat olahraga lari, mengamati bahwa antusiasme masyarakat terhadap olahraga ini kian meningkat. Hal ini tercermin dari menjamurnya komunitas lari di berbagai kota. Bahkan, dalam satu kota bisa terdapat beberapa komunitas lari yang aktif. Fenomena ini tidak terlepas dari meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan selama masa pandemi.
Rheza juga menyoroti peran media sosial dalam mempopulerkan olahraga lari. Banyak figur publik dan selebriti yang giat mengampanyekan gaya hidup sehat melalui lari, sehingga memotivasi banyak orang untuk ikut serta. Dampak positif dari kampanye ini terlihat dari bertambahnya jumlah penggemar lari dari berbagai kalangan usia, mulai dari pelajar hingga mereka yang berusia di atas 40 tahun.
Bagi banyak orang, lari menjadi pilihan utama untuk menjaga kesehatan di tengah kesibukan pekerjaan dan tekanan kehidupan modern. Rheza menambahkan bahwa ada banyak faktor yang membuat olahraga lari semakin digemari. Namun, ia juga mengingatkan bahwa fenomena ini bisa menjadi pedang bermata dua. Jika tidak dilakukan dengan bijaksana, lari bisa membawa dampak negatif bagi kesehatan.
Rheza menekankan pentingnya berlari dengan bijak, terutama bagi para pemula. Ia menyarankan agar para penggemar lari pemula lebih selektif dalam memilih acara lari, banyak bertanya dan berkonsultasi dengan anggota komunitas, serta rajin membaca referensi dan berlatih secara konsisten. Dengan demikian, mereka dapat menikmati manfaat lari tanpa mengorbankan kesehatan.