Memasuki tahun 2025, masyarakat dihadapkan pada lonjakan harga sejumlah kebutuhan pokok. Di Kota Malang, Jawa Timur, harga cabai rawit besar melonjak 6 persen, dari Rp 74.914 per kilogram menjadi Rp 79.432 per kg. Harga wortel juga naik 2 persen, dari Rp 12.130 per kg menjadi Rp 12.412 per kg, sementara harga tomat meningkat dari Rp 11.747 per kg menjadi Rp 11.876 per kg. Kenaikan harga ini menimbulkan beragam reaksi dari masyarakat, mulai dari keluhan hingga pemahaman.
Laila, seorang ibu rumah tangga di Kota Malang, mengungkapkan bahwa kenaikan harga ini menuntutnya untuk lebih cermat dalam mengatur anggaran belanja agar tetap dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Sementara itu, Zainul, seorang pedagang makanan kecil dari Samaan, Kota Malang, menyatakan bahwa situasi ekonomi yang sulit dirasakan oleh banyak orang. Menurutnya, meskipun tantangan ekonomi ini berat, masyarakat harus tetap berusaha keras untuk melewatinya dengan harapan situasi akan membaik di masa depan.
Meskipun dihadapkan pada tantangan, optimisme masyarakat dalam menyongsong tahun 2025 tetap tinggi. Hal ini sejalan dengan analisis Bank Indonesia yang menunjukkan bahwa perekonomian di wilayah kerja BI Malang pada tahun 2024 tumbuh positif, didorong oleh sektor industri pengolahan, perdagangan, konstruksi, pertanian, serta penyediaan akomodasi dan makan minum. Meskipun pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2024 sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, optimisme tetap ada.
Tidak dapat dipungkiri bahwa perlambatan ekonomi terjadi, terlihat dari pertumbuhan kredit yang sedikit menurun menjadi 13,49 persen pada November 2024. Namun, kenaikan UMK Malang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Malang pada Desember 2024 menunjukkan inflasi bulanan sebesar 0,46 persen, lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya. Meskipun demikian, inflasi tahunan tercatat lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya, didorong oleh terkendalinya inflasi komoditas pangan.
Keberhasilan dalam mengendalikan inflasi tidak terlepas dari peran Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) yang melakukan berbagai kegiatan seperti operasi pasar dan program kios pangan. Upaya ini bertujuan untuk memperpendek rantai distribusi dan meningkatkan produksi melalui intensifikasi pertanian, serta dukungan sarana prasarana guna mengamankan pasokan.
Wildan Syafitri, Dosen Ekonomi Universitas Brawijaya, Malang, menyatakan bahwa meskipun tahun ini penuh tantangan, aktivitas ekonomi tidak akan terhenti. Pertumbuhan ekonomi yang masih di atas 5 persen menunjukkan bahwa ada harapan untuk perbaikan. Naiknya UMK Malang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi, meskipun ancaman PHK tetap ada sebagai bagian dari dinamika yang harus dihadapi.