Jakarta – Setiap orangtua memiliki metode tersendiri dalam membesarkan buah hati mereka. Namun, ada sebagian orangtua yang cenderung bersikap overprotektif, merasa perlu melindungi anak-anak mereka dari segala masalah atau rasa sakit.
Meskipun niat orangtua overprotektif adalah demi kebaikan anak, kenyataannya pola asuh ini dapat berdampak buruk. Salah satu dampaknya adalah membuat anak menjadi manja dan mudah menyerah ketika menghadapi sedikit masalah. Anak-anak dari orangtua yang overprotektif sering kali merasa tidak percaya diri dan takut mengambil keputusan.
Anak-anak yang dibesarkan dengan pola asuh overprotektif cenderung selalu bergantung pada orangtua mereka dan tidak mampu melakukan apa-apa sendiri. Ketika menghadapi kesulitan, orangtua ini sering kali merasa cemas berlebihan dan bahkan membatasi pergaulan anak mereka secara ketat.
Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, Rosdiana Setyaningrum, menyatakan bahwa orangtua dapat mengajari anak cara menjaga diri tanpa bersikap overprotektif. Anak perlu diberi kesempatan untuk belajar mandiri, memahami apa yang bisa mereka lakukan sendiri dan mana yang masih memerlukan bantuan. Biasanya, proses ini dimulai ketika anak memasuki usia 5 tahun.
Pada usia ini, anak-anak dilatih untuk memahami konsekuensi dari tingkah laku mereka dan bagaimana merespons orang lain. Pencapaian ini akan membuat anak lebih percaya diri dan menghindari hal-hal buruk karena mereka mengejar sesuatu yang positif.
Anak harus memiliki pemikiran bahwa mereka bisa menyelesaikan masalahnya sendiri, bukan selalu bergantung pada orangtua. Dengan demikian, mereka akan tumbuh menjadi individu yang mandiri dan percaya diri dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.