Pasokan Medis Gaza Kritis: Apa yang Terjadi Selanjutnya?

kontributorHaluan
3 Min Read

HALUAN.CO – Gaza saat ini tengah mengalami krisis medis yang sangat serius.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah memberikan peringatan tegas mengenai menurunnya secara drastis pasokan medis di wilayah tersebut. 

Sekitar 43 persen obat-obatan penting, termasuk pereda nyeri dan antibiotik, kini tidak tersedia.

Dalam konferensi pers di Jenewa, Ahmed Zouiten, Direktur Darurat Regional WHO untuk Mediterania Timur, menyebutkan bahwa 64 persen pasokan medis dan 42 persen vaksin juga mengalami kelangkaan kritis.

Kondisi ini sangat memengaruhi pasien yang menderita penyakit kronis dan kondisi yang mengancam jiwa, seperti gagal ginjal, kanker, gangguan darah, dan penyakit jantung.

Mereka kini kesulitan mendapatkan perawatan medis yang sangat dibutuhkan.

Hanan Balkhy, Direktur Regional WHO untuk Mediterania Timur, menambahkan bahwa sebanyak 51 truk bantuan WHO masih tertahan di perbatasan Gaza karena belum mendapat izin masuk.

Ia menggambarkan kondisi medis yang sangat buruk, di mana dokter bedah terpaksa melakukan operasi tanpa anestesi dan kekurangan alat-alat dasar seperti infus, jarum suntik, dan perban.

Berita Lainnya  DPD RI Tanggapi Polemik Pondok Pesantren Al-Zaytun

Balkhy menekankan bahwa bahkan dalam kondisi konflik, penderita hipertensi, diabetes, dan gangguan kesehatan mental tetap membutuhkan pengobatan yang kini sulit diakses.

Sementara itu, Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) melaporkan bahwa hanya enam dari 22 pusat kesehatan mereka yang masih beroperasi di Gaza.

Ketersediaan obat-obatan esensial dalam kondisi kritis, dan UNRWA terus mendesak agar bantuan kemanusiaan dapat masuk tanpa hambatan.

Meski Israel telah mengizinkan 100 truk bantuan masuk, jumlah tersebut masih jauh dari cukup.

UNRWA memperkirakan sedikitnya dibutuhkan 500 hingga 600 truk setiap hari untuk mencukupi kebutuhan dasar masyarakat, termasuk pangan, obat-obatan, alat medis, vaksin, bahan bakar, dan air bersih.

Sementara itu, Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), dengan dukungan Amerika Serikat dan bekerja sama dengan Israel, telah mulai menjalankan operasi bantuan di bagian selatan Gaza.

Berita Lainnya  Usulan Polri di Bawah Kementerian? Ini Tanggapan Mengejutkan dari Anggota DPR!

Namun, menurut Jens Laerke, juru bicara Kantor Koordinasi Kemanusiaan PBB (OCHA), yang paling dibutuhkan saat ini adalah pembukaan seluruh jalur penyeberangan ke Gaza dan jaminan lingkungan yang aman di dalam wilayah tersebut.

PBB dan lembaga bantuan lainnya sebelumnya enggan bekerja sama dengan GHF karena kekhawatiran bahwa bantuan bisa disalahgunakan untuk kepentingan militer atau memperburuk situasi pengungsian.

Share This Article
Leave a Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *