Haluan.co – Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga menerangkan, negaranegara produsen minyak kelapa sawit membangun komunikasi dan kolaborasi dengan India untuk memastikan akses pasar yang berkelanjutan dan memenuhi kebutuhan konsumen.
Hal ini merupakan upaya untuk mempertahankan permintaan yang kuat terhadap produk minyak kelapa sawit.
Hal tersebut disampaikan Wamendag Jerry saat memimpin delegasi Indonesia dalam Misi Bersama Dewan Negara-negara Produsen Minyak Kelapa Sawit (Council of Palm Oil Producing Countries/CPOPC) ke India pada 27-29 September 2023.
Salah satu agenda utama pada hari pertama misi adalah The 2nd Sustainability Vegetable Oil Conference (SVOC) di Mumbai, India pada hari ini, Rabu (27/9).
“CPOPC berupaya membangun komunikasi dan kolaborasi dengan India. Keterlibatan proaktif dengan negara konsumen minyak nabati terbesar di dunia seperti India merupakan upaya untuk mempertahankan kehadiran pasar yang kuat di Asia Selatan. Selain itu, menjaga stabilitas permintaan minyak kelapa sawit dan memenuhi kebutuhan konsumen, sekaligus berkontribusi menjaga keamanan pangan global dan memenuhi permintaan energi dari sumber nabati,” jelas
Wamendag Jerry dalam pertemuan tersebut.
Wamendag Jerry menjelaskan, misi ini juga bertujuan untuk memberikan informasi faktual tentang praktik sawit yang berkelanjutan dan menjelaskan kontribusi industri sawit terhadap pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Hal ini penting untuk meluruskan kampanye negatif yang ditujukan kepada industri kelapa sawit karena seringkali dianggap sebagai penyebab deforestasi dan degradasi yang mengakibatkan perusakan lingkungan.
Baru-baru ini, kebijakan European Union Deforestation-free Regulation (EUDR) yang diterapkan Uni Eropa berpotensi menghambat ekspor produk sawit Indonesia ke pasar Eropa.
“Untuk itu, kami menyambut baik pembentukan Satuan Tugas Bersama (Joint Task Force) antara Indonesia, Malaysia,
dan Uni Eropa, dalam memperkuat kerja sama terkait implementasi EUDR. Satgas ini diharapkan dapat membantu menyelesaikan permasalahan komoditas secara inklusif, transparan, objektif dan adil,” tutur Wamendag Jerry.
Turut hadir dalam pertemuan ke-2 SVOC adalah Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud, Direktur Jenderal Industri Pertanian Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika, Sekretaris Jenderal CPOPC Rizal Affandi Lukman, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Edy Martono; serta perwakilan negara anggota CPOPC dari Malaysia.
Hubungan Perdagangan Produk Sawit dengan India Nilai ekspor produk kelapa sawit Indonesia ke dunia pada 2022 sebesar USD 34,94 miliar atau 39,65 juta ton. Nilai tersebut meningkat sebesar 5,76 persen apabila dibandingkan pada 2021.
India merupakan negara tujuan ekspor terbesar Indonesia untuk produk kelapa sawit dengan nilai mencapai USD 5,65 miliar, diikuti Tiongkok USD 4,91 miliar, Uni Eropa USD 4,36 miliar, Pakistan USD 3,14 miliar, dan Amerika Serikat USD 2,37 miliar.
Menurut data Oil World 2023, India mengimpor minyak nabati sebesar 16,5 juta ton. Sebanyak 9,9 juta ton di antaranya adalah minyak kelapa sawit yang utamanya diimpor dari Indonesia dan Malaysia, masing-masing mencapai 5,2 juta ton (51,04 persen) dan 2,86 juta ton (28,46 persen).
Sekilas tentang CPOPC Dewan Negara-negara Produsen Minyak Sawit atau Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) merupakan organisasi kerja sama negara produsen minyak kelapa sawit yang dibentuk pada 21 November 2015.
Tujuan CPOPC adalah untuk memperkuat kerja sama di sektor kelapa sawit, baik budidaya maupun industri, dalam rangka menjamin pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan negara anggota.
Sekretariat CPOPC berkedudukan di Jakarta dan dipimpin Sekretaris Jenderal. Negara anggota CPOPC saat ini adalah Indonesia, Malaysia, dan Honduras. Selain itu terdapat beberapa negara lainnya yang berstatus sebagai observer, yakni Kolombia, Ghana, dan Papua Nugini. Saat ini, India tengah berencana untuk melakukan produksi kelapa sawit.***