Jakarta – Beberapa negara Eropa kini memperkenalkan kembali dan memperluas wajib militer. Langkah ini diambil di tengah meningkatnya ancaman dari Rusia. Sebagian besar negara melakukan kebijakan ini untuk meningkatkan pertahanan, namun ada juga yang melakukannya untuk tujuan yang lebih jauh.
Robert Hamilton, kepala penelitian Eurasia di Foreign Policy Research Institute, menyatakan bahwa kebijakan ini adalah langkah yang diperlukan. Pernyataan serupa juga disampaikan oleh Jenderal Wesley Clark, yang menjabat sebagai Panglima Tertinggi Sekutu NATO Eropa.
Beberapa negara Eropa yang menerapkan wajib militer kebanyakan berada di wilayah Skandinavia dan Baltik. Negara-negara tersebut termasuk Latvia, Norwegia, Lituania, Finlandia, Swedia, dan Jerman. Di Inggris, wacana untuk menghidupkan kembali wajib militer juga muncul.
Latvia: Penerapan Wajib Militer Kembali
Latvia diketahui akan memberlakukan wajib militer kembali mulai 1 Januari 2024 setelah dihapus pada 2006. Warga negara laki-laki akan mengikuti wajib militer dalam waktu 12 bulan setelah lulus dari sistem pendidikan atau telah mencapai usia 18 tahun. Meskipun awalnya ada penolakan, kebutuhan akan layanan pertahanan negara semakin jelas.
Norwegia: Wajib Militer untuk Pria dan Wanita
Di Norwegia, wajib militer bersifat wajib sejak 2015, menjadikan negara ini anggota pertama aliansi pertahanan NATO yang mewajibkan wajib militer baik pria maupun wanita dengan persyaratan yang setara. Max Hendrik Arvidson (25), yang menjalani wajib militer pada 2019 dan 2020, memandang ini sebagai tugas penting negara.
Lituania: Wajib Militer Sejak 2015
Lituania juga memberlakukan wajib militer sejak 2015 karena perubahan situasi politik. Sekitar 3.500 hingga 4.000 warga Lituania berusia antara 18 dan 26 tahun terdaftar setiap tahun selama sembilan bulan. Pendapat tentang dinas militer di kalangan mahasiswa beragam, seperti yang dikatakan oleh Paulius Vaitiekus, presiden Serikat Mahasiswa Nasional Lituania.
Finlandia: Kesiapan Militer yang Tinggi
Finlandia, yang baru bergabung dengan NATO, memiliki 900.000 pasukan cadangan dengan 280.000 personel militer siap untuk segera merespons jika diperlukan. Meskipun saat ini Angkatan Pertahanan Finlandia hanya mempekerjakan sekitar 13.000 orang, termasuk staf sipil, negara ini memiliki kesiapan militer yang tinggi.
Swedia: Wajib Militer Netral Gender
Swedia menerapkan wajib militer secara netral gender, dan memanggil sekitar 7.000 orang pada tahun 2024. Menurut Angkatan Bersenjata Swedia, jumlah tersebut akan meningkat menjadi 8.000 pada tahun 2025. Perang di Ukraina telah mengubah pengetahuan dan sikap tentang kondisi Eropa.
Jerman: Perubahan Sikap terhadap Militerisasi
Jerman, yang enggan melakukan militerisasi sejak berakhirnya Perang Dunia II, kini memperbarui rencananya jika konflik Rusia-Ukraina meletus di Eropa. Menurut seorang peneliti tamu di Program Eropa, Rusia, dan Eurasia di Pusat Studi Strategis dan Internasional, perubahan mental yang besar terjadi di negeri itu.
Inggris: Wacana Wajib Militer
Di Inggris, gagasan baru muncul dari Partai Konservatif. Tory melontarkan gagasan itu dalam kampanye pemilihan umum awal Juli lalu. Meskipun partai itu gagal memimpin, wajib militer masih menjadi wacana. Beberapa kali negeri itu menyinggung kesiapan perang baru, termasuk dalam pertemuan NATO Juli.
NATO: Revisi Strategi dan Peningkatan Kemampuan
NATO telah merevisi strateginya dan meningkatkan kemampuan selama dekade terakhir sebagai respons terhadap meningkatnya ancaman dari Moskow. Serangan besar-besaran Rusia ke Ukraina dan dukungannya terhadap separatis pro-Rusia di Ukraina timur serta aneksasi Krimea tahun 2014, mendorong aliansi untuk siap perang dan memperkuat pertahanan mereka.