
HALUAN.CO – Kebijakan pemangkasan anggaran NASA yang diambil oleh Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menimbulkan kekhawatiran besar terkait kemampuan manusia dalam melacak asteroid yang berpotensi menabrak Bumi. Pemangkasan ini diperkirakan akan berdampak signifikan terhadap kehidupan umat manusia, mengingat pentingnya peran NASA dalam memantau ancaman dari luar angkasa.
Trump telah mengumumkan rencana untuk memangkas anggaran NASA sebesar 24 persen untuk tahun fiskal mendatang. Bahkan, ada usulan untuk memotong anggaran hingga 47 persen. Kebijakan ini menuai kritik dalam rapat dengar pendapat Komite DPR untuk Antariksa, Sains, dan Teknologi yang digelar pada Kamis (15/5), di mana para ahli membahas kemampuan pertahanan planet dari NASA.
Salah satu topik utama dalam rapat tersebut adalah proyek Near-Earth Object (NEO) Surveyor. Proyek ini merupakan teleskop ruang angkasa pertama yang dirancang khusus untuk melacak asteroid dan komet yang berpotensi membahayakan Bumi. NEO Surveyor dianggap sebagai langkah besar setelah misi Double Asteroid Re-Direction Test (DART), yang bertujuan untuk membelokkan objek antariksa dengan menabrakkan pesawat ke asteroid Dimorphos.
Berbeda dengan misi DART, NEO Surveyor lebih berfokus pada pencegahan dan pertahanan planet. Misi ini akan menjadi alat penting untuk melacak asteroid yang mungkin akan ditabrak oleh pesawat DART di masa depan.
Baru-baru ini, para pakar menemukan asteroid 2024 YR4 yang berpotensi menghantam Bumi pada 22 Desember 2032. Asteroid ini diperkirakan memiliki lebar antara 40 hingga 100 meter. Ukuran ini sebanding dengan asteroid yang pernah menghantam Bumi ribuan tahun lalu dan menyebabkan kerusakan parah.
Paul Chodas, Direktur Pusat Studi Objek Dekat Bumi (CNEOS) di Laboratorium Propulsi Jet NASA, menyatakan bahwa ukuran sebenarnya dari asteroid tersebut masih belum dipastikan. Para astronom saat ini tengah melakukan pengamatan lanjutan menggunakan teleskop.
Salah satu keunggulan NEO Surveyor adalah kemampuannya dalam mendeteksi objek astronomi menggunakan teknologi inframerah. Panjang gelombang inframerah tidak terlihat oleh mata manusia dan sebagian besar teknologi manusia, namun dapat meningkatkan tingkat ketepatan deteksi target dibandingkan metode tradisional yang hanya mengandalkan sinar Matahari.
Kekhawatiran muncul jika hanya mengandalkan metode tradisional, seperti yang terjadi pada asteroid Chelyabinsk yang meledak di atas langit Rusia pada tahun 2013. Ledakan tersebut melepaskan energi setara dengan 440 kiloton TNT, lebih dari 30 kali kekuatan bom Hiroshima, dan menyebabkan kerusakan besar di Rusia.
Meskipun NEO Surveyor belum sepenuhnya mampu mendeteksi semua asteroid berbahaya, para pakar yakin proyek ini dapat mendeteksi objek yang sangat dekat dengan Bumi. Amy Mainzer, peneliti utama misi NEO Surveyor, menyatakan bahwa proyek ini akan membantu menemukan objek-objek tersebut, termasuk fraksi gelap dari populasi asteroid yang diperkirakan mencapai 35 hingga 40 persen.
Tim peneliti telah melacak orbit 38 ribu objek dekat Bumi, termasuk lebih dari 2,5 ribu objek yang berpotensi berbahaya. Matthew Payne, direktur Minor Planet Center, menegaskan bahwa tabrakan dengan salah satu dari mereka akan sangat menghancurkan.
NEO Surveyor direncanakan meluncur pada tahun 2028, namun peluncuran bisa dipercepat jika NASA mendapatkan dana yang dibutuhkan. Ancaman asteroid ke Bumi memang menjadi perhatian serius, mengingat sejarah masa lalu ketika asteroid menghantam Bumi dan mengakhiri zaman dinosaurus 66 juta tahun lalu.
Dengan pemangkasan anggaran NASA, ancaman dari luar angkasa ini menjadi semakin nyata dan menuntut perhatian serius dari seluruh dunia.