Jakarta – Harga emas global mengalami sedikit kenaikan setelah sebelumnya tertekan lebih dari satu persen akibat inflasi di Amerika Serikat yang mencapai puncaknya sejak Juni, atau dalam lima bulan terakhir. Berdasarkan data Refinitiv, pada Senin (16/12/2024) pukul 6.05 WIB, harga emas di pasar spot tercatat sebesar US$2.649,48 per troy ons, naik 0,04% dibandingkan dengan perdagangan sebelumnya.
Pada perdagangan Jumat (13/12/2024), harga emas dunia ditutup pada posisi US$2.648,39 per troy ons, mengalami penurunan harian sebesar 1,23%. Penurunan ini terjadi di tengah kekhawatiran pasar terhadap inflasi yang terus meningkat di Amerika Serikat.
Pada bulan November, Biro Statistik Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa indeks harga konsumen (IHK) mengalami inflasi sebesar 0,4% dibandingkan bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Angka ini merupakan yang tertinggi sejak Juni, menandakan tekanan inflasi yang signifikan dalam lima bulan terakhir. Selain itu, indeks harga produsen (PPI), yang melacak harga grosir, juga naik 0,4% pada bulan lalu, melampaui ekspektasi ekonom yang disurvei oleh Dow Jones yang memperkirakan kenaikan sebesar 0,2%.
Akibat dari data inflasi tersebut, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun (US Treasury) melonjak ke level tertinggi dalam dua minggu terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa lebih banyak pelaku pasar yang mengumpulkan uang tunai saat ini. Selain itu, indeks dolar AS juga mengalami kenaikan selama lima hari berturut-turut dan mulai mendekati level 107 lagi.
The Federal Reserve (Fed) diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin lagi pada 18 Desember 2024. Keputusan ini akan menandai pemotongan suku bunga tiga kali berturut-turut. Sejak September lalu, semua kebijakan tersebut telah memangkas satu poin persentase penuh dari suku bunga dana federal. Bank sentral AS tampaknya bergerak perlahan dalam mengkalibrasi ulang kebijakan setelah sebelumnya dengan cepat menaikkan suku bunga ketika inflasi mencapai titik tertinggi dalam 40 tahun.