Jakarta – Para pengusaha properti di Indonesia berharap agar suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) dapat diturunkan guna menghidupkan kembali pasar properti yang saat ini lesu.
Pada Rabu (21/8/2024), Bank Indonesia mengumumkan bahwa suku bunga acuan masih berada di level 6,25 persen. Wakil Ketua Umum DPP Real Estate Indonesia (REI), Bambang Ekajaya, menyatakan bahwa level suku bunga saat ini masih terlalu tinggi dan berharap pemerintah dapat segera menurunkannya.
Menurut Bambang, penurunan suku bunga acuan sangat penting karena akan berdampak langsung pada suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang ditetapkan oleh bank. “Penurunan suku bunga acuan akan membuat suku bunga KPR lebih terjangkau bagi masyarakat, sehingga dapat meningkatkan daya beli dan menggeliatkan pasar properti,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia, David Sumual, memprediksi bahwa ada peluang untuk penurunan suku bunga acuan dalam waktu dekat. “Setelah suku bunga dari The Fed turun, akan ada ruang yang besar bagi Bank Indonesia untuk mulai menurunkan suku bunganya,” kata David.
David juga menambahkan bahwa inflasi di Amerika Serikat saat ini sudah mulai melandai, yang memberikan ruang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunganya. “Dengan inflasi yang mulai terkendali, Bank Indonesia memiliki kesempatan untuk mengikuti langkah The Fed dan menurunkan suku bunga acuan,” jelasnya.
Namun demikian, David mengingatkan bahwa perkembangan geopolitik di Timur Tengah harus tetap diwaspadai karena bisa menjadi kendala dalam penurunan suku bunga. “Ketidakstabilan di Timur Tengah dapat mempengaruhi harga minyak dan inflasi global, yang pada akhirnya bisa mempengaruhi kebijakan suku bunga,” tambahnya.