Jakarta – Kematian Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh, telah memicu ketegangan yang semakin memanas di Timur Tengah. Potensi perang Arab yang lebih luas kini menjadi kekhawatiran, selain konflik yang masih berlangsung antara Israel dan Hamas di Gaza, yang juga melibatkan proksi Iran lainnya.
Haniyeh tewas di Teheran, Iran, saat berkunjung untuk menghadiri pelantikan Presiden Baru Iran, Masoud Pezeshkian, pada Selasa waktu setempat. Namun, pada Rabu dini hari, ia dan pengawalnya yang tinggal di sebuah kediaman bagi para veteran di Teheran Utara menjadi sasaran “proyektil jarak jauh”.
Hamas dan Iran menuduh Israel bertanggung jawab atas serangan tersebut. Dalam pidato terbarunya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan bahwa Israel telah memberikan pukulan telak kepada proksi Iran dalam beberapa hari terakhir, termasuk Hamas dan Hizbullah, meskipun tidak secara langsung menyebutkan pembunuhan Haniyeh.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Ezzedine al-Qassam, bereaksi keras terhadap pembunuhan Haniyeh. Mereka menyatakan bahwa pembunuhan ini membawa perang melawan Israel ke “level baru”. Brigade Ezzedine al-Qassam juga memperingatkan bahwa dampak lanjutan dari kejadian ini akan sangat besar bagi seluruh kawasan.
Para petempur Brigade Ezzedine al-Qassam telah terlibat dalam pertempuran sengit melawan pasukan Israel di Jalur Gaza dalam beberapa bulan terakhir. Mereka menyebut pelanggaran kedaulatan negara-negara di kawasan sebagai “kesalahan perhitungan” dan menegaskan bahwa hal ini seharusnya menjadi peringatan bagi semua negara dan orang-orang di kawasan tersebut.
Sebelumnya, milisi penguasa Yaman, Houthi, dan kelompok bersenjata Lebanon, Hizbullah, juga telah menyuarakan kecaman terhadap serangan tersebut. Anggota Biro Politik Houthi, Mohammed Ali Al Huthi, menyebut serangan itu sebagai tindakan “teroris dan kriminal”, sementara Hizbullah juga mengecam pembunuhan Haniyeh.
Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, berjanji akan memberikan “hukuman keras” bagi Israel setelah pembunuhan Haniyeh. Ia menegaskan bahwa tugas “kami untuk membalas dendam”.