Jakarta – Potensi pecahnya konflik baru di Timur Tengah semakin mengkhawatirkan. Terbaru, Rusia dilaporkan mulai mengirimkan peralatan pertahanan udara dan radar canggih setelah Teheran meminta bantuan militer kepada Kremlin. Informasi ini dimuat oleh New York Times pada hari Senin, yang kemudian dikutip oleh Times of Israel. Seorang anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) dan pejabat lainnya telah mengonfirmasi hal tersebut.
Perkembangan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat di Timur Tengah, dengan banyak pihak mengantisipasi serangan langsung Iran terhadap Israel. Serangan ini disebut-sebut sebagai balas dendam atas dugaan pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran pada tanggal 31 Juli. Iran menyatakan bahwa Israel harus “dihukum” atas pembunuhan Haniyeh dan telah bersumpah untuk mengambil tindakan. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa tanggapan Iran dapat membawa kawasan yang sudah bergolak ini lebih dekat ke perang habis-habisan.
Kelompok proksi Iran, Hizbullah, juga mengancam akan menyerang Israel dari Lebanon setelah pembunuhan pemimpin militernya, Fuad Shukr. Komandan tinggi tersebut tewas dalam serangan di dekat Beirut minggu lalu yang diklaim oleh Israel. Israel sendiri menyatakan siap untuk membela diri dan akan membalas setiap agresi yang datang.
Menurut laporan dari media Ynet, pada pertemuan hari Minggu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berdiskusi dengan para kepala keamanan negara mengenai pilihan untuk menyerang Iran terlebih dahulu guna menggagalkan serangan yang akan segera terjadi. Menteri Pertahanan Yoav Gallant mengatakan bahwa negara tersebut harus siap untuk segera melakukan serangan jika terjadi serangan dari Iran.
Meski begitu, laporan Times tidak menyebutkan peralatan apa yang diminta Iran dari Rusia atau apa yang telah dikirimkan Rusia. Sebelumnya, Iran sudah memiliki sejumlah sistem pertahanan udara S-300 buatan Rusia, meskipun Moskow kini telah memiliki sistem S-400 yang lebih canggih.
Pada bulan April, Iran melakukan serangan langsung yang belum pernah terjadi terhadap Israel, yang dikatakannya sebagai balas dendam atas terbunuhnya seorang komandan senior angkatan darat dalam serangan di Suriah yang dituduhkan dilakukan oleh Israel. Gelombang sekitar 300 rudal dan pesawat nirawak hampir seluruhnya dicegat oleh sistem pertahanan udara Israel yang bekerja sama dengan AS dan sejumlah sekutu serta negara-negara Arab di kawasan tersebut. Pada saat itu, Israel sepertinya menanggapi dengan menyerang sistem S-300 di dekat lokasi nuklir di Iran, meskipun Israel tidak mengonfirmasi hal itu.
Laporan Times mencuat saat media pemerintah Iran menerima pejabat Rusia. Presiden baru negara itu, Masoud Pezeshkian, bertekad untuk memperluas hubungan dengan Rusia. Hubungan yang semakin erat antara Iran dan Rusia ini menambah kompleksitas situasi di Timur Tengah, yang sudah penuh dengan ketegangan dan konflik.