Jakarta – Otoritas Palestina (PA) baru-baru ini mengerahkan pasukan keamanan ke wilayah Jenin, Tepi Barat, yang diduduki Israel. Langkah ini diambil untuk menghadapi milisi yang aktif di wilayah tersebut pada akhir pekan lalu. PA juga mengerahkan kendaraan lapis baja dan terlibat dalam bentrokan sengit dengan kelompok bersenjata Brigade Jenin, yang memiliki afiliasi dengan Jihad Islam di Jalur Gaza. Beberapa media menggambarkan bentrokan ini sebagai perang saudara.
Perdana Menteri Palestina, Muhammad Mustafa, menegaskan pentingnya pengiriman pasukan keamanan untuk menegakkan ketertiban di wilayah tersebut. PA, yang dikuasai oleh Partai Fatah, memegang kendali pemerintahan di Tepi Barat. Dalam operasi yang dilakukan pekan lalu, pasukan PA berhasil membunuh pemimpin Brigade Jenin, Yazeed Jayasa.
Ketegangan di Tepi Barat semakin meningkat setelah Israel melancarkan agresi ke Jalur Gaza pada Oktober 2023. Sejak saat itu, pasukan Zionis telah menghancurkan berbagai sudut di Gaza dan memperluas pendudukan mereka di Tepi Barat. Perlawanan dari kelompok milisi di Tepi Barat juga semakin intensif. Beberapa di antaranya berafiliasi dengan Hamas dan Jihad Islam, sementara yang lain bergabung dengan kelompok yang menentang Israel dan PA.
Kendali Otoritas Palestina di Tepi Barat semakin terkikis. Sebagian masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap PA yang dipimpin oleh Presiden Mahmoud Abbas, yang dianggap korup dan tidak efektif. Selain itu, pengerahan pasukan PA mendapat penolakan dari warga Tepi Barat. Mereka berbondong-bondong turun ke jalan, menuntut agar pasukan Otoritas Palestina meninggalkan wilayah tersebut.
Dalam upaya mengurangi ketegangan, dua sumber mengungkapkan bahwa pejabat Amerika Serikat mendesak Otoritas Palestina untuk meningkatkan operasi penegakan hukum dan ketertiban di Tepi Barat, seperti yang dilaporkan oleh NY Times. Pejabat AS juga meminta Israel untuk mengendalikan serangan terhadap kelompok perlawanan di Jenin, guna memberikan waktu bagi penegak hukum PA untuk bekerja.