JAKARTA, — Indonesia menghadapi tantangan besar untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah. Untuk mencapai hal tersebut, Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi sekitar 7%. Namun, kenyataannya, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stagnan di angka 5%, dan proyeksi untuk tahun 2024 tetap berada di level yang sama.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, menjelaskan bahwa angka pertumbuhan 5% ini didasarkan pada kinerja ekonomi selama empat kuartal terakhir. Pada kuartal I/2024, pertumbuhan mencapai 5,11%, kuartal II/2024 sebesar 5,05%, kuartal III/2024 turun menjadi 4,95%, dan kuartal IV diperkirakan sekitar 5%. “Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi kita diperkirakan tetap di 5%,” ujarnya dalam Konferensi Pers APBN Kita di Jakarta Pusat, Senin (6/1/2025)
Berbeda dengan Indonesia, Vietnam menunjukkan performa ekonomi yang mengesankan. Negara yang berbatasan langsung dengan China ini mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 7,09% sepanjang tahun 2024. Pertumbuhan ini didorong oleh ekspor yang kuat dan arus masuk investasi asing yang signifikan.
Menurut data dari Kantor Statistik Umum (GSO) Vietnam, pertumbuhan ekonomi pada tahun 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi 5,05% pada tahun 2023. Pada kuartal IV/2024, Produk Domestik Bruto (PDB) Vietnam tumbuh 7,55%, menjadi pertumbuhan kuartalan tercepat dalam lebih dari dua tahun terakhir.
Vietnam, sebagai pusat manufaktur di Asia Tenggara, mendapatkan keuntungan dari pemulihan konsumsi global meskipun sempat terdampak oleh bencana topan terkuat di Asia tahun lalu. “Ini adalah hasil positif di tengah berbagai kesulitan, termasuk bencana alam, dan menjadi landasan yang baik untuk pertumbuhan pada tahun 2025,” kata Nguyen Thi Huong, dikutip dari Reuters.
Keberhasilan Vietnam dalam mencapai pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak lepas dari kontribusi sektor manufaktur. Pada tahun 2023, sektor ini menyumbang 23,88% terhadap PDB Vietnam, dan diperkirakan akan meningkat pada tahun 2024. Investasi asing yang terus mengalir juga menjadi faktor penting, dengan kontribusi investasi terhadap PDB mencapai 32% pada tahun 2023.
Sebaliknya, Indonesia menghadapi tantangan dalam memperkuat struktur ekonominya. Kontribusi sektor manufaktur terhadap PDB Indonesia masih di bawah 20%, dengan angka pada kuartal III/2024 hanya mencapai 19%. Terakhir kali kontribusi manufaktur ke PDB di atas 20% terjadi pada tahun 2017.
Ekonomi Indonesia sebagian besar digerakkan oleh konsumsi rumah tangga, yang menyumbang lebih dari 50% terhadap PDB pada kuartal III/2024. Sementara itu, kontribusi ekspor dan investasi masing-masing berada di kisaran 22% dan 29%. Investasi di Indonesia didominasi oleh sektor padat modal, dengan sektor industri logam dasar menyumbang 19,6%, transportasi 13%, dan pertambangan 10%.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani, menyatakan bahwa Indonesia memerlukan investasi sebesar Rp13.302 triliun pada periode 2025-2029 untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8%. Pada tahun 2025, target investasi yang ditetapkan pemerintah adalah Rp1.905 triliun, meningkat dari target Rp1.650 triliun pada tahun 2024.
“Harapannya, investasi yang masuk ke Indonesia dapat menciptakan lapangan pekerjaan berkualitas dan menjadi salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi, terutama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 8% pada tahun 2029,” ujarnya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (2/1/2025).
Pada tahun 2029, yang merupakan tahun kelima pemerintahan Prabowo, Indonesia menargetkan realisasi investasi sebesar Rp3.414 triliun. Target ini akan dicapai secara bertahap, dimulai dari Rp2.280 triliun pada tahun 2026, meningkat menjadi Rp2.684 triliun pada tahun 2027, dan Rp3.116 triliun pada tahun 2028.
“Dengan demikian, pada tahun 2029, diharapkan investasi yang masuk dapat mencapai pertumbuhan 8% dengan nilai Rp3.414 triliun,” tutup Rosan.