HALUAN.CO – Penyakit yang menyerang saluran pernapasan sering kali menimbulkan gejala yang serupa, seperti influenza dan Respiratory Syncytial Virus (RSV). Meskipun keduanya menyerang saluran pernapasan dan menimbulkan gejala yang mirip, terdapat perbedaan penting yang harus dikenali agar tidak salah mengira.
Menurut dr. Ian Suryadi Suteja, M.Med.Sc., SpA. dari Tzu Chi Hospital, RSV adalah salah satu penyebab umum batuk pilek. Menariknya, orang dewasa pun bisa terinfeksi RSV tanpa disadari.
“Common cold itu salah satu penyebabnya justru RSV. Batuk pilek biasa itu salah satu penyebabnya RSV. Kita dewasa juga bisa aja, kalau kita di swab tiba-tiba RSV-nya positif, bisa aja,” ujarnya dikutip dari Liputan6.com, Selasa (4/11/2025).
Namun demikian, pada orang dewasa atau remaja, RSV biasanya tidak menimbulkan masalah serius. Yang perlu diwaspadai adalah kelompok berisiko tinggi, terutama bayi di bawah usia dua tahun. Bayi yang terinfeksi RSV dapat mengalami bronkiolitis, infeksi pada saluran napas kecil di paru-paru.
“Kalau dia kena RSV-nya di bawah 2 tahun, dia bisa kena bronkiolitis tadi, jadi batuk pilek biasa sama RSV nggak bisa dibedain dengan mata telanjang, nggak bisa dibedain dengan gejala biasa. Tapi kalau dia kena di bawah 2 tahun bisa mengalami sesak napas, bisa mengalami yang bronkiolitis, paru-parunya bunyi, mengi, bunyi ‘ngik-ngik’, begitu istilahnya,,” jelas Ian.
Secara kasat mata, batuk pilek akibat RSV sulit dibedakan dengan batuk pilek biasa. Namun, pada bayi di bawah usia dua tahun, gejalanya bisa berkembang menjadi lebih berat.
“Kalau kita di dokter anak itu pokoknya semua anak di bawah usia dua tahun yang datang dengan keluhannya itu batuk, demam, sesak napas, lalu kalau didengarkan pakai stetoskop bunyinya mengi, ‘ngik-ngik’ gitu ya, itu hampir pasti penyebabnya RSV,” katanya.
Menurut World Health Organization (WHO), gejala RSV biasanya muncul antara hari ke-4 hingga ke-7 setelah terpapar virus. Gejalanya meliputi hidung berair, sakit tenggorokan, sakit kepala, kelelahan, dan demam. Setelah masa inkubasi sekitar 4–5 hari, bayi atau anak bisa mengalami pilek, hidung tersumbat, rewel, dan kesulitan makan. Dua hingga tiga hari kemudian, sekitar sepertiga pasien dapat mengalami gejala lebih berat seperti batuk parah, sesak napas, dan mengi.
Untuk memastikan diagnosis RSV, pemeriksaan yang digunakan umumnya berupa Polymerase Chain Reaction (PCR), yang biayanya lebih mahal dibandingkan tes influenza.
Perbedaan Influenza dan RSV
“Kalau influenza itu lebih mudah terdeteksi, karena pemeriksaannya antigennya murah, cuma 200 ribu atau 300 ribu udah ketahuan, 15 menit juga udah ketahuan. Tapi kalau RSV biasanya kita pakainya PCR tadi, harganya jauh lebih mahal, 1-3 juta rupiah,” ujarnya.
Influenza adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza. Gejala flu umumnya muncul secara mendadak, dua hingga tiga hari setelah seseorang terpapar virus. Flu biasanya menimbulkan gejala seperti demam, batuk, sakit kepala, nyeri otot, rasa sangat lelah, serta menggigil. Selain itu, flu juga bisa menyebabkan sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau berair, dan pada anak-anak sering kali disertai rewel, mual, muntah, atau diare.
Meskipun RSV dan influenza sama-sama menyerang saluran pernapasan, terdapat perbedaan signifikan. Flu bisa menyerang siapa saja dan gejalanya cepat terasa berat, sementara RSV lebih berbahaya bagi bayi dan anak kecil karena bisa menimbulkan gangguan napas seperti mengi atau sesak. RSV juga lebih sulit dideteksi karena membutuhkan pemeriksaan PCR dengan biaya yang tinggi, sedangkan influenza dapat diketahui lewat tes antigen yang lebih sederhana.
Pengenalan gejala sejak awal menjadi langkah penting agar bisa mendapatkan penanganan medis dengan tepat, terutama jika muncul gejala berat seperti sesak napas atau bunyi napas yang tidak normal. Dengan memahami perbedaan ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan segera mencari bantuan medis jika diperlukan.
