Rotherham – Sejumlah perusuh menerobos dan membakar hotel-hotel yang digunakan untuk menampung pencari suaka di Inggris bagian utara pada Minggu (4/8/2024). Insiden ini tercatat sebagai kerusuhan sosial terburuk di negara tersebut dalam beberapa tahun terakhir.
Kekacauan ini bermula dari insiden penusukan terhadap tiga gadis muda di Southport, barat laut Inggris. Kelompok ekstrem kanan memanfaatkan peristiwa tersebut dengan menyebarkan informasi palsu bahwa pelakunya adalah imigran. Tujuan mereka jelas, yaitu untuk memicu gelombang protes anti-Muslim dan anti-imigran di seluruh negeri. Padahal, polisi telah mengonfirmasi bahwa pelaku adalah warga kelahiran Inggris dan bukan imigran.
Akibat dari penyebaran informasi palsu tersebut, para pengunjuk rasa merusak dan membakar dua hotel Holiday Inn di Tamworth dan Rotherham. Hotel di Tamworth dikenal sebagai tempat penampungan pencari suaka di Inggris, menurut para politisi setempat. Kerusuhan di Tamworth menyebabkan seorang petugas polisi terluka, sementara di Rotherham, para perusuh menggunakan alat pemadam kebakaran untuk melawan petugas.
Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, mengutuk aksi kekerasan yang menyebabkan 147 orang ditangkap. Starmer memperingatkan bahwa pemerintah akan menindak tegas para perusuh sesuai dengan hukum yang berlaku. Menurut Starmer, komunitas Muslim dan minoritas lainnya menjadi sasaran utama para perusuh, termasuk masjid-masjid tempat ibadah mereka. Selain itu, para perusuh juga menyerang polisi dengan menyebarkan retorika rasis dan salam Nazi.
Kepala Kepolisian Inggris, Dame Diana Johnson, menegaskan bahwa pihaknya akan tegas menangkap dan mendakwa para perusuh langsung dari jalanan. Meski begitu, Johnson menyatakan bahwa kekuatan militer belum dikerahkan untuk menghentikan kekacauan tersebut.
Kementerian Dalam Negeri Inggris akan memberikan perlindungan lebih untuk masjid-masjid di Inggris dengan keamanan darurat. Berdasarkan peraturan ini, pihak masjid dapat langsung meminta polisi dan otoritas lokal untuk bertindak cepat dalam kondisi darurat. Menteri Dalam Negeri Inggris, Yvette Cooper, menegaskan bahwa tidak ada alasan yang dapat membenarkan tindakan kelompok perusuh tersebut.
