Jakarta – PT PLN (Persero) menegaskan komitmennya dalam mendukung pemerintah untuk mengembangkan energi hijau guna mencapai tujuan netral karbon (net zero emission/NZE). Salah satu langkah konkret yang diambil adalah dengan memanfaatkan energi baru terbarukan (EBT), khususnya dari sumber daya air.
Sebagai bukti nyata dari komitmen tersebut, PLN telah menyelesaikan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede yang berlokasi di Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Pembangkit ini memiliki kapasitas 110 megawatt (2×55 MW) dan ditargetkan dapat beroperasi secara komersial pada akhir tahun ini.
Plh. General Manager PLN Unit Induk Pembangunan Jawa Bagian Tengah (UIP JBT), Achmad Ismail, menyatakan bahwa PLTA Jatigede telah melalui berbagai tahap pengujian sebelum dapat beroperasi secara komersial. Pengujian tersebut meliputi uji performance test dan reliability run pada Unit 1 dan Unit 2. Selain itu, PLTA Jatigede juga telah memperoleh Sertifikat Laik Operasi (SLO) setelah terbukti dapat beroperasi efisien, aman, sesuai desain, serta andal tanpa gangguan tak terduga.
Manager Unit PLN Pelaksana Proyek Jawa Bagian Tengah 2, Husni Wardhana, mengungkapkan bahwa PLN berhasil mempercepat proses SLO PLTA Jatigede dari target semula Oktober 2024 menjadi Juni 2024. Pembangunan jaringan transmisi untuk penyaluran daya listrik dari PLTA Jatigede melalui saluran udara tegangan tinggi (SUTT) 150 kiloVolt (kV) juga telah selesai dibangun pada akhir bulan lalu, sehingga pengoperasian bisa segera dilaksanakan.
PLTA Jatigede merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) yang diinisiasi oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk mendukung pengembangan EBT dari sumber daya air. Dalam mewujudkan pembangunan PLTA ini, PLN berkolaborasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui pemanfaatan air dari Bendungan atau Waduk Jatigede yang dibangun oleh Kementerian PUPR.
Bendungan Jatigede adalah bendungan terbesar kedua di Indonesia setelah Waduk Jatiluhur. Bendungan ini memiliki luas 4.891,13 hektare dengan kedalaman mencapai 110 meter dan kapasitas tampungan sebesar 979,5 juta meter kubik. Dengan demikian, proyek PLTA Jatigede diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam memenuhi kebutuhan energi listrik yang ramah lingkungan, terutama di wilayah Jawa Barat.
Direktur Eksekutif ReforMiner Institute, Komaidi Notonegoro, melihat langkah PLN dalam mengembangkan energi hijau sebagai langkah yang sangat positif. Menurutnya, PLTA Jatigede bisa menjadi alternatif pengganti energi fosil yang saat ini banyak digunakan di Pulau Jawa. Namun, ia juga mengingatkan bahwa masih ada tantangan yang perlu dihadapi oleh pemerintah dalam proses pengembangan energi bersih ini, salah satunya adalah biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan menggunakan PLTU.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukkan dan Konservasi Energi (EBTKE), Eniya Listiani Dewi, mengungkapkan bahwa potensi energi hijau di Indonesia sangat besar, khususnya dari sumber daya air yang bisa mencapai 800 megawatt. Menurut Eniya, ada sekitar 38 bendungan atau waduk PUPR yang sudah masuk dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN hingga 2030 dengan potensi mencapai 68 megawatt.
Eniya menekankan bahwa proses transisi energi merupakan jalan panjang yang membutuhkan waktu. Namun, pengembangannya akan lebih cepat dengan adanya kolaborasi antara PLN dan Kementerian PUPR. Contoh nyata dari kolaborasi ini adalah PLTA Jatigede, yang proses pembangunannya berjalan efisien karena memanfaatkan Waduk Jatigede yang terlebih dahulu telah dibangun oleh Kementerian PUPR.