Jakarta – Jepang akan segera memiliki Perdana Menteri (PM) baru setelah Partai Demokrat Liberal (LDP), partai penguasa di Negeri Sakura, memilih dan menetapkan ketua partai yang baru pada Jumat (27/9/2024). Mantan Menteri Pertahanan Shigeru Ishiba berhasil memenangkan pemilihan ketua umum partai, mengalahkan Menteri Keamanan Ekonomi Sanae Takaichi dalam pemilihan putaran kedua dengan hasil akhir 215-194, seperti dilaporkan oleh Al Jazeera.
Seandainya Ishiba dikalahkan oleh Takaichi, Jepang akan mencatat sejarah baru dengan memiliki PM wanita pertama. Takaichi dikenal sebagai tokoh yang sangat agresif dan berhaluan kanan, yang membuat persaingan dalam pemilihan ini semakin menarik perhatian publik.
Pemilihan ketua partai baru LDP ini terjadi setelah PM Fumio Kishida mengumumkan pengunduran dirinya pada bulan Agustus. Kishida mundur di tengah serangkaian skandal korupsi yang melibatkan LDP, partai terbesar di parlemen Jepang. Keputusan ini membuka jalan bagi pemilihan ketua partai yang baru dan, secara otomatis, PM baru bagi Jepang.
Dalam komentar singkat yang disampaikan kepada anggota parlemen sebelum putaran kedua pemilihan, Ishiba menyerukan visi untuk Jepang yang lebih adil dan lebih baik. Kampanye Ishiba sangat berfokus pada masalah keamanan, dengan salah satu saran utamanya adalah pembentukan “NATO Asia” untuk memperkuat aliansi regional.
Mengenai ekonomi, Ishiba mempertanyakan kebijakan suku bunga Bank Jepang yang tidak biasa. Sebagai mantan menteri pertanian, ia juga menyerukan lebih banyak upaya untuk mengatasi depopulasi pedesaan, sebuah masalah yang semakin mendesak di Jepang.
LDP telah memerintah Jepang hampir tanpa gangguan selama beberapa dekade, dengan partai-partai oposisi utama jarang dilihat sebagai alternatif yang layak. Dominasi ini memberikan LDP kekuatan politik yang signifikan dalam menentukan arah kebijakan negara.
Setelah menjadi PM, Ishiba akan menghadapi berbagai ancaman keamanan regional. Mulai dari China yang semakin tegas dan hubungan pertahanannya yang semakin erat dengan Rusia, hingga uji coba rudal Korea Utara yang seringkali terbang dekat atau bahkan melintasi wilayah Jepang. Tantangan-tantangan ini memerlukan kebijakan keamanan yang kuat dan diplomasi yang cermat.
Di dalam negeri, Ishiba juga akan bertugas menghidupkan kembali perekonomian Jepang. Ini menjadi tugas yang tidak mudah, terutama setelah bank sentral menjauh dari pelonggaran moneter selama beberapa dekade yang telah memangkas nilai yen.