Jakarta – Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menegaskan pentingnya program konversi kendaraan roda dua berbahan bakar fosil menjadi listrik. Program ini dianggap sebagai salah satu langkah strategis menuju era elektrifikasi di Indonesia.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM, Dadan Kusdiana, menjelaskan bahwa program ini sejalan dengan populasi pasar kendaraan roda dua yang mencapai 1,4 juta unit. Menurutnya, jika peluang ini dapat dimanfaatkan secara maksimal, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam era kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang pada akhirnya akan membantu mencapai Net Zero Emission (NZE).
Dadan menjelaskan bahwa saat ini pihaknya bersama Asosiasi Industri Sepeda Motor Listrik Indonesia (Aismoli) sudah mengembangkan industri komponen lokal dan membangun pertumbuhan bengkel-bengkel konversi. Langkah ini diambil untuk memastikan bahwa industri kendaraan listrik di Indonesia dapat berkembang dengan baik dan berkelanjutan.
Lebih lanjut, Dadan menjelaskan bahwa motor listrik jauh lebih ramah lingkungan dibandingkan motor berbahan bakar minyak. Sebagai contoh, satu liter BBM dapat menempuh jarak sekitar 35 km dan membuat emisi 2,5 kg CO2. Sementara itu, satu kWh listrik yang dipakai oleh motor listrik untuk jarak yang sama hanya membuat emisi sebesar 40 persen dari BBM, atau sekitar 1,9 kg lebih sedikit.
Dalam kesempatan yang sama, Dadan juga mengapresiasi EV Conversion Race 2024 yang diinisiasi oleh Aismoli di Sentul Karting International Circuit pada Minggu (22/9). Kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai keandalan dan performa motor listrik hasil konversi. Lewat ajang ini, diharapkan masyarakat yang masih ragu kepada kemampuan motor listrik dan motor hasil konversi akan semakin yakin.
