Jakarta – Presiden terpilih Prabowo Subianto baru-baru ini membeberkan alasan di balik rencananya untuk membentuk kabinet pemerintahan yang lebih besar dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya. Menurut Prabowo, kabinet yang lebih besar diperlukan untuk membangun pemerintahan yang kokoh dan efektif.
Prabowo mencontohkan Timor Leste, negara dengan populasi sekitar 1,3 juta jiwa, namun memiliki 28 menteri dalam kabinetnya. Menurutnya, hal ini disebabkan oleh adanya koalisi dalam pemerintahan Timor Leste. Namun, Prabowo menegaskan bahwa ia tidak menginginkan situasi serupa terjadi di Indonesia. Ia berpendapat bahwa seorang pemimpin harus mampu menjaga dan memelihara kerukunan di antara berbagai kelompok.
Prabowo menekankan pentingnya menjunjung tinggi persatuan dengan merangkul semua kekuatan yang ada. Dengan cara ini, ia berharap dapat membentuk kolaborasi dan kerukunan di Indonesia. Prabowo berkomitmen untuk merangkul semua kelompok, sehingga setiap pihak memiliki perwakilan dalam kabinetnya nanti.
Pemerintahan Prabowo-Gibran diprediksi akan menambah jumlah menteri dalam kabinetnya. Elite Partai Gerindra saat ini tengah merumuskan nomenklatur kementerian yang disebut-sebut akan mengalami transformasi besar. Ketua Harian Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad, menyatakan bahwa pemisahan beberapa kementerian masih dalam tahap dinamika yang akan difinalkan sebelum pelantikan presiden pada 20 Oktober 2024.
Sebelumnya, Prabowo mengungkapkan bahwa ia masih melakukan simulasi terkait jumlah kementerian dalam kabinetnya mendatang. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap isu penambahan jumlah kementerian dari 34 menjadi 44. Penambahan ini bertujuan untuk mengoptimalkan tugas-tugas kementerian dalam menunaikan janji kampanye Prabowo-Gibran yang tercantum dalam delapan misi Asta Cita.