Jakarta – Dalam ajang Pilgub Jakarta yang penuh intrik, pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur nomor urut 3, Pramono Anung dan Rano Karno, tampaknya mengadopsi strategi yang cerdik dengan menyamarkan afiliasi mereka dengan PDIP. Langkah ini dipandang sebagai upaya untuk meraih simpati dari basis pendukung Anies Baswedan, yang akrab disapa “anak abah”.
Igor Dirgantara, seorang pengamat politik dari Universitas Jayabaya, mengungkapkan bahwa strategi ini juga dipengaruhi oleh kehadiran Basuki Tjahja Purnama atau Ahok. Menurut Igor, jika Pramono-Rano terlalu erat dikaitkan dengan Ahok, mereka berisiko kehilangan dukungan dari para loyalis Anies.
Igor memprediksi bahwa dukungan dari pendukung setia Anies dalam Pilgub Jakarta ini akan terpecah. Sebagian mungkin akan beralih mendukung Pramono-Rano, sementara yang lain bisa jadi memilih pasangan RK-Suswono. Igor juga menilai bahwa suara dari “anak abah” saat ini tergolong sebagai pemilih yang masih bimbang, belum menentukan pilihan secara pasti.
Hari ini, Pramono-Rano menggelar kampanye besar di Stadion Madya Gelora Bung Karno, Jakarta. Acara ini dihadiri oleh Ahok, meskipun Anies Baswedan tidak tampak. Sebelumnya, pada kampanye besar yang digelar Kamis (21/11) lalu, Anies sempat hadir untuk mendukung Pramono-Rano.
Ahok menjelaskan bahwa ketidakhadiran Anies pada kampanye hari ini mungkin disebabkan oleh agenda lain yang harus dihadiri Anies. Ahok juga menepis anggapan bahwa ia enggan berbagi panggung dengan Anies, yang merupakan rivalnya dalam Pilgub DKI 2017 silam.
Ahok menyatakan rasa syukurnya atas bersatunya pendukungnya, yang dikenal sebagai Ahokers, dengan pendukung Anies, alias “anak abah”, dalam mendukung pasangan Pramono-Rano. Sinergi ini diharapkan dapat memperkuat posisi Pramono-Rano dalam persaingan politik di Jakarta.
