Jakarta – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia memperkirakan target lifting minyak bumi sebesar 635 ribu barrel oil per day (BOPD) tidak akan tercapai tahun ini. Meskipun demikian, pemerintah berkomitmen untuk terus mendorong potensi lifting minyak karena cadangan minyak masih tersedia di sumber daya alam Indonesia.
Bahlil menjelaskan bahwa dari 600 ribu BOPD lifting minyak Indonesia, 65 persen berasal dari Pertamina, 25 persen dari ExxonMobil, dan 10 persen dari Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S). Dengan demikian, 90 persen lifting minyak dikuasai oleh Pertamina dan ExxonMobil.
Lebih lanjut, Bahlil mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki sekitar 44.900 sumur minyak, namun hanya sekitar 16.300 sumur yang saat ini berproduksi. Padahal, terdapat 5.000 sumur yang bisa dioptimalkan lagi untuk meningkatkan produksi minyak.
Bahlil juga membuka opsi bagi perusahaan swasta untuk ikut mengelola sumur-sumur yang memiliki potensi besar namun belum dioptimalkan. Langkah ini diharapkan dapat membantu meningkatkan lifting minyak nasional.
Sebelumnya, Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Mercy Chriesty Barends, memprediksi bahwa minyak Indonesia akan habis pada tahun 2031 jika produksi minyak siap jual atau lifting terus mengalami penurunan. Realisasi lifting minyak Indonesia memang terus menurun setiap tahunnya, dari 700 ribu barel per hari pada 2020, 660 ribu barel per hari di 2021, 612 ribu barel per hari pada 2022, dan 605 ribu barel per hari di 2023.
Mercy meminta Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM untuk mengevaluasi secara menyeluruh target dan capaian lifting minyak. Ia juga menyinggung peran K3S migas dalam upaya peningkatan produksi minyak.
Anggota Komisi VII Fraksi Gerindra, Ramson Siagian, juga menyoroti capaian lifting minyak yang terus menurun. Menurutnya, penurunan ini terjadi secara reguler dari tahun ke tahun dan perlu penjelasan dari Kementerian ESDM.
Namun, Ramson mengamat peluang lain yang bisa digenjot dari lifting gas bumi. Ia menilai bahwa peningkatan lifting gas bumi bisa menjadi jalan transisi menuju energi baru terbarukan (EBT), yang merupakan salah satu fokus pemerintah dalam upaya diversifikasi energi.